Ada waktu tiga hari sebelum konser berikutnya. Dua hari untuk break dan satu hari untuk rehearsal konser di New York.
Malam ini, semua personil Dreams tengah berkumpul untuk merayakan ulang tahun Jaemin. Tidak ada yang spesial, hanya ada nyanyian ulang tahun, sebuah kue, dan beberapa hadiah.
"Apa yang kau minta?" tanya Renjun setelah Jaemin meniup lilin ulang tahunnya.
"Ingin belahan jiwa," balas Jaemin bercanda.
"Jiahaha, astagaaa!" Renjun berkomentar karena geli.
"Si model itu?!" tanya Chenle dengan semangat.
"Siapa yang kau maksud?" tanya Jaemin.
"Kim Minjeong," balas Chenle disertai seringai.
Tanpa aba-aba, Jaemin melempar satu lilin yang telah padam ke arah Chenle yang sudah tertawa kegirangan. Yang lain pun ikut terhibur oleh candaan itu.
"Aku tidak suka padanya." Dengan cuek Jaemin berkata. Ia mencolek krim kue ulang, lalu mencicipinya.
"Masa kau tidak mau dengannya? Dia kan cantik," ujar Renjun kali ini.
"Cantih, sih, cantik. Tapi aku tidak mau dengan gadis sepertinya," balas Jaemin.
"Kenapa?" tanya teman-teman Jaemin serempak.
"Aku tidak suka gadis galak sepertinya." Jaemin beralasan.
"Menurutku dia tidak galak. Wajahnya saja pendiam begitu," kata Chenle.
"Kak Mark, kenapa diam saja? Kau juga pernah kena semprot olehnya, kan?" Jaemin ikut menyeret Mark yang sedang malas bicara.
Ledakan suara tawa dari beberapa orang pun terdengar setelahnya.
"Mark Lee? Tidak salah?" Renjun berkomentar di tengah gelak tawanya.
"Iya! Segalak itu." Jaemin membulatkan mulutnya dan menaikkan kedua alisnya―terlalu bersemangat.
"Aku masih tidak percaya kau dimarahi gadis pendiam sepertinya." Chenle masih saja tergelak.
Mark hanya berdecak melihat teman-temannya masih menertawakannya. Memang tidak ada yang bisa ia sangkal.
"Yakin tidak suka? Nanti kau sepertinya bagaimana?" tanya Chenle setelah semua tawa mereda. Ia menunjuk Jeno yang sibuk memakan kue tanpa memperhatikan diskusi teman-temannya.
"Aku?" tanya Jeno pura-pura tak tahu.
"Iya, kau." Chenle menunjuk dengan telunjuknya.
"Aku tidak ikut-ikutan." Jeno mengangkat kedua tangannya seperti tanda 'menyerah'. Ia malas menjadi topik utama pembicaraan keempat temannya.
"Omong-omong, bagaimana kencan kalian?" tanya Chenle.
"Bukan kencan dan tidak bagaimana-bagaimana." Jeno menjawab dengan tidak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
GORGEOUS
Romance[SELESAI] Yoo Jimin sudah kehabisan cara untuk menaklukkan hati Jeno. Jika menjadi musuh banyak orang adalah satu-satu cara untuk mendapatkan perhatian pria itu, ia rela melakukannya. Apapun resikonya. Dengan segala kegilaannya, Yoo Jimin mengaku...