Di studionya yang bernuansa hangat, Jimin tengah berkonsentrasi menyelesaikan sesuatu. Bermalam-malam, ia habiskan untuk mengisi botol kaca dengan seribu origami bintang―hadiah ulang tahun yang sebenarnya untuk Jeno.
DRRRT ... DRRRT ...
Di origami yang ke-999, ia menerima sebuah pesan. Keningnya sempat mengernyit setelah membaca pesan tersebut. Ia berniat mengabaikannya, tapi pesan lain datang lagi.
DRRRT ... DRRRT ... DRRRT ...
Sebuah panggilan baru masuk. Jimin sempat ragu untuk menekan tombol hijau di layarnya.
"Hm?"
"Mana ucapan selamat ulang tahun untukku?"
Jimin melirik jam waker digitalnya. Pukul 00.57 pagi. "Maaf," sesalnya. "Selamat ulang tahun, Yed." Ia tersenyum tipis.
"Tidak dimaafkan sebelum aku dapat kadonya."
Ujung bibir Jimin terangkat sangat kecil―nyaris kasat mata.
"Kenapa belum tidur?"
"Bagaimana kau tahu aku belum tidur?"
"Tahu saja."
Jimin mendengus pelan. "Kenapa belum tidur?" Gilirannya bertanya. "Kau harus banyak istirahat untuk konsermu minggu depan," ujar Jimin lembut.
"Aku tahu. Tapi wajahmu muncul terus di kepalaku. Membuatku kesal." Jeno menggerutu, lalu menghela napas panjang. "Aku merindukanmu," rengek pria itu.
Jimin melirik ratusan origami di botol bening. Lalu, mengapit ponselnya dengan bahu dan pipinya untuk meraih botol tersebut.
"Aku juga," balas Jimin kemudian.
"Aneh sekali. Biasanya kau selalu bilang, 'aku lebih merindukanmu'."
Senyum samar menyambangi bibir Jimin. "Mhm ... aku memang lebih merindukanmu," ungkapnya.
"Yed."
"Hmm?"
Jimin menahan dirinya. "Istirahatlah dengan baik."
"Itu saja?"
"Iya."
"Cepat sekali," rajuk Jeno.
"Sudah terlalu malam. Menjaga kesehatanmu lebih penting."
"Baiklah. Sampai ketemu besok."
"Mhm, sampai ketemu besok."
"Selamat tidur, Yoo Jimin."
"Selamat tidur, Yed."
KAMU SEDANG MEMBACA
GORGEOUS
Romance[SELESAI] Yoo Jimin sudah kehabisan cara untuk menaklukkan hati Jeno. Jika menjadi musuh banyak orang adalah satu-satu cara untuk mendapatkan perhatian pria itu, ia rela melakukannya. Apapun resikonya. Dengan segala kegilaannya, Yoo Jimin mengaku...