Langkah lembam Jeno menapak di sepanjang koridor. Dirabanya dinding marmer yang dingin, menelusurinya selagi berjalan lamban. Ia berhenti, lantas menatap sinar rembulan yang terpantul dari kolam renangnya.
Helaan napas berembus panjang. Ia menariknya lagi dalam-dalam, lalu mengeluarkannya pelan-pelan.
Tidak ada yang berubah. Dadanya masih terasa penuh, pikirannya masih saja kacau.
Ia pun duduk di tepi kolam. Jeans panjangnya dibiarkan basah saat ia menceburkan kakinya. Dengan tangan saling bertaut, wajah tertekuk, dan badan sedikit membungkuk, ia menatap kosong gelapnya sang bumantara dari balik kaca dinding.
Kepalanya tertoleh. Ditatapnya lukisan yang ada di dinding―lukisan punggungnya dan Jimin yang saling bersandar menghadap pantai. Mereka berangan-angan manapaki pasir putih pantai di siang hari, namun kesempatan belum sempat mereka dapatkan. Jeno akhirnya mewujudkan angan-angan itu melalui sebuah lukisan.
Sudut bibirnya tertarik ke atas. Sebuah senyuman kecut tercetak di wajah tampannya. Semakin lama ia memperhatikan, semakin benaknya dirundung gejolak. Matanya mulai memanas hingga ia mengedipkannya beberapa kali.
"Aku tidak menyalahkan keputusan kalian untuk memiliki tato. Kalian sudah dewasa, dan itu tubuh kalian, hak kalian juga. Tapi kau tahu betul, ini bukan hanya sekadar masalah itu."
"Aku tahu." Jeno menunduk lesu. "Aku hanya ingin menunjukkan keinginanku, jika aku akan menjalani hidup dengan caraku sendiri. Hidupku milikku, bukan mereka."
Jaehyuk mengembuskan napas pendek. "Benar. Hidupmu memang milikmu. Tapi apa kau pernah berpikir jika kau melakukan ini, yang terkesan agresif dan ceroboh, hanya akan membuat kalian semakin terlihat tidak bertanggung jawab? Bertindak seolah mengolok-olok penggemarmu di luar sana?"
"Mengolok-olok?" Jeno menengadah, terlihat tidak terima dengan tuduhan tersebut.
"Lee Jeno, kau sudah ada di industri ini selama 10 tahun. Kau tahu betul bagaimana duniamu bergerak. Banyak dari mereka yang tidak peduli kalaupun kau hanya ingin bahagia dengan pilihanmu."
"Yang mereka inginkan adalah menyalahkan keadaan jika sesuatu yang mereka anggap 'sempurna' telah 'dirusak'. Bagi mereka kaulah manusia sempurna itu. Jimin hanya akan terlihat seperti noda untuk hidupmu yang sempurna jika ini terus terjadi."
Jeno terdiam di tempat duduknya.
"Semua dimulai sejak skandalmu dengan perempuan itu. Dan Jimin mengambil cara yang buruk untuk menjadi tamengmu ... dan juga mencari perhatianmu."
"Aku tidak ingin menyakiti siapapun, apalagi Jimin."
"Aku tahu." Jaehyuk mengambil tempat duduk di singgasananya. "Mungkin ini bukan solusi terbaik."
KAMU SEDANG MEMBACA
GORGEOUS
Romance[SELESAI] Yoo Jimin sudah kehabisan cara untuk menaklukkan hati Jeno. Jika menjadi musuh banyak orang adalah satu-satu cara untuk mendapatkan perhatian pria itu, ia rela melakukannya. Apapun resikonya. Dengan segala kegilaannya, Yoo Jimin mengaku...