Dalam kurun waktu hampir tiga minggu, Jimin sudah pulang-pergi Korea Selatan dan Amerika sebanyak dua kali. Minggu sebelumnya, ia datang ke Chicago dan 'menemani' Jeno selama beberapa hari. Sedangkan minggu berikutnya, ia datang dua hari sebelum tour Amerika selesai digelar.
Memang butuh perjuangan yang ekstra untuk bisa bersama Jeno, tapi Jimin tak akan menolaknya, sekalipun ia harus menghabiskan banyak uang dan terbiasa dengan jet lag.
Hari ini, sehari sebelum konser di Dallas, Jimin menghabiskan paginya dengan sarapan bersama Jeno dan yang lain. Setelah itu, ia harus rela mencari kesibukan lain karena mereka akan melakukan rehearsal hingga menjelang petang.
Bukan Jimin jika ia tak meminta untuk ikut. Tapi, Jeno malah memarahinya dan mengatakan ia hanya akan mengganggu pekerjaannya. Dengan wajah cemberut, Jimin pun menuruti permintaan Jeno. Gadis itu akhirnya menghabiskan waktu di kamar hotel.
Pukul 6 petang, Jimin merapikan penampilannya dan keluar dari kamar hotelnya dengan senyuman lebar. Tepat sebelum ia berbelok menuju koridor hotel kamar Jeno, sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Maaf, tidak bisa mengabarimu. Aku sangat sibuk."
...
"Iya ... aku sudah menerimanya. Terima kasih."
...
"Aku tahu. Aku hanya benar-benar sibuk."
...
"Baiklah."
...
"Tunggu ... ada ... ada sesuatu yang ingin kukatakan."
...
"Mmm ... baiklah. Lain kali saja."
Jimin mengerutkan keningnya.
Lee Jeno? Dengan siapa dia bicara?
Sesaat kemudian, ia mendengar langkah kaki yang menjauh. Jimin bergeming dengan berbagai pikiran negatif yang mulai menguasainya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" suara Renjun membangunkan Jimin dari lamunannya.
"O?" Gadis itu menoleh dan menatap pria di sampingnya dengan wajah bingung.
"Kenapa berhenti di sini? Kau mau ke kamar Jeno, kan?"
Jimin hanya mengangguk. Kepalanya masih sibuk berpikir hal lain.
"Ya sudah, ayo!" ajak Renjun. Ia menggapai bahu Jimin dan menggiring gadis itu ke kamar Jeno.
Ketika sampai, mereka hanya mendapati Jaemin dan Chenle yang sedang duduk di lantai dan bersandar di tempat tidur―asyik bermain game. Sedangkan, sang pemilik kamar tak terlihat di mana pun.
"Di mana Jeno?" tanya Renjun setelah melemparkan diri di kasur empuk. Ia berbaring miring, menyangga kepalanya dengan tangan kiri dan menghadap sisi belakang Jaemin dan Chenle.
KAMU SEDANG MEMBACA
GORGEOUS
Romance[SELESAI] Yoo Jimin sudah kehabisan cara untuk menaklukkan hati Jeno. Jika menjadi musuh banyak orang adalah satu-satu cara untuk mendapatkan perhatian pria itu, ia rela melakukannya. Apapun resikonya. Dengan segala kegilaannya, Yoo Jimin mengaku...