"Hai, Mum, ada apa?" Jimin mengapit ponsel dengan pipi dan bahunya. Kedua tangannya sibuk membenahi pumps yang akan ia kenakan di acara fan signing."Masih betah di sana?"
Jimin menghela napas mendengar pertanyaan yang sama setiap harinya. Bukan tanpa sebab kedua orang tuanya selalu bertanya demikian. Mereka khawatir berita kencan putrinya dengan seorang superstar akan merusak kehidupan sang putri.
"Mum, I got this. I'm a big girl now, relax."
"I know, I know. We're just ... I don't know, Darling. We're worried about you."
"I know, Mum, but I want this. This ... is what I want, being with him."
Helaan napas terdengar dari sambungan telepon ibunya. "Allright. Just in case, tell us if you no longer need this."
"That won't do. I'll be perfectly fine. I'm happy, Mum. I promise."
"Darling, you can never be so sure about something."
"Mum, berdoalah yang baik untukku. Kenapa malah menyumpahiku yang jelek-jelek?"
"Yoo Jimin, Sayang, kau masih terlalu muda untuk tahu bagaimana dunia sebenarnya."
"Mum, I'm 22. I'm old enough." Jimin menghela napas. "Need to go now. Bye! Love you, Mum!"
Jimin segera menutup sambungan telepon sebelum sang ibu mulai lagi dengan ceramahnya. Sejak berita kencannya dengan Jeno keluar, orang tuanya selalu saja menghubungi untuk memastikan keadaan baik-baik saja. Jimin tahu kekhawatiran yang orang tuanya miliki, tapi ia tak bisa mundur dan meninggalkan mimpinya. Ia telah susah payah untuk sampai di titik ini. Ia tak akan menyerah hanya karena dunia mulai membencinya.
Setelah semua persiapan selesai, Jimin menyambut 100 penggemarnya di aula jumpa fans sebagai brand ambassador sebuah merek kosmetik lokal yang tengah digandrungi masyarakat. Nama Yoo Jimin melejit begitu saja saat debut sebagai model sekaligus influencer setahun yang lalu. Visualnya yang bak dewi mampu menggaet atensi dan cinta publik hanya dalam hitungan hari sejak debutnya. Terlebih ketika identitas keluarga Yoo Jimin terkuak. Publik semakin menaruh atensi padanya.
Jimin melihat ke sekeliling aula dengan senyuman lebar serta lambaian tangannya dengan begitu anggun. Meski bibirnya berkata ia baik-baik saja, kegugupan tetap saja melanda hatinya. Semoga saja ia tidak menerima telur atau buah busuk hari ini. Jimin merapalkan doa dalam hati.
"Kak, aku sangat menyukaimu. Kau jadi inspirasiku untuk berkarir di dunia modelling." Untuk kesekian kalinya, Jimin menerima pujian yang hampir serupa. Ia bersyukur akan itu.
"Benarkah kau berkencan dengan Jeno?" Untuk kesekian kalinya pula, ia harus menjawab pertanyaan yang sama.
Setiap kali pertanyaan itu datang, ia tersenyum dan berkata, "Doakan kami bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
GORGEOUS
Romance[SELESAI] Yoo Jimin sudah kehabisan cara untuk menaklukkan hati Jeno. Jika menjadi musuh banyak orang adalah satu-satu cara untuk mendapatkan perhatian pria itu, ia rela melakukannya. Apapun resikonya. Dengan segala kegilaannya, Yoo Jimin mengaku...