5. Candi

400 61 0
                                    

Langit sudah gelap sesampainya di Yogyakarta. Semua murid rasanya ingin cepat-cepat merebahkan badannya di atas kasur hotel dan beristirahat sejenak.

Setiap kamar berisi empat orang, dibagi berdasar jenis kelamin. Karena isi siswi di kelas 11 MIPA 6 ada 18 orang, dua siswi harus tidur hanya berdua.

Ya, kebetulan Sena menjadi anak yang paling disisihkan di kelas. Anak semenyebalkan ini, siapa juga yang mau sekamar dengannya? Hanya Yeri yang mau.

"Perfect!" Sena membuka pintu kamar hotel itu lalu segera berlari ke atas kasur dan berguling di atasnya.

"Heh! Ganti baju lo dulu!" omel Yeri sambil menyeret kopernya ke dalam lalu mulai membuka kopernya.

Sena tak mendengarkan omelan Yeri. Ia malah pergi ke balkon yang mengarah ke kolam renang di tengah hotel. Ia juga dapat melihat ke kamar di barisan sebrang. Terlihat beberapa balkon terbuka. Barisan sebrang diisi oleh laki-laki. Jaraknya cukup jauh dari sini.

Lurus ke depan, Sena menemukan pemandangan menarik.

"Lee Jeno halo!!!" teriaknya dari balkon, pukul satu pagi.

Jeno yang sedang hanya mengecek pemandangan langsung terkejut dan berbalik arah, kembali ke dalam kamarnya.

"Woi!! Lee Jeno!!"

"Sshhh!!!"

Sena mendapat teguran entah dari mana asalnya. Yang jelas, itu suara perempuan. "Ga asik banget, ngatur-ngatur mulu," ujar Sena lalu kembali ke dalam kamar.

Sena tiba-tiba membuka bajunya dengan pintu balkon dan gorden yang terbuka. Yeri yang menyadari kelakuan temannya itu langsung melompat melewati kasur dan buru-buru menutup gorden.

"Lo ini, seenaknya buka baju. Entar ada yang videoin malah lo marahin lagi," ujar Yeri lalu mengintip ke luar, memastikan tak ada ponsel nakal yang merekam kejadian itu.

"Cuma orang mesum yang ngevideoin. Di pantai orang pake bikini juga biasa aja," ujar Sena lalu mengambil piyama dari kopernya.

"Keras kepala banget si lo kayak batu."

***

Study tour keesokan harinya dimulai dengan mengunjungi kampus yang terasa sangat membosankan untuk Sena. Salah satu kampus target orang tuanya.

Sena tak mencatat. Ia hanya merekam presentasi dari kampus itu di ponselnya. Kalau ibunya meminta bukti nanti, ia baru akan mencatat sedikit.

Setelah kunjungan kampus, mereka pergi ke Candi Prambanan. Jaraknya cukup dekat dari kampus sebelumnya.

Jeno selalu duduk bersama Sena karena tempat lain telah diisi. Tempat kosong hanya ada di barisan depan, dekat guru. Walaupun ia ketua kelas, kali ini, ia juga ingin sedikit beristirahat. Ikut bersenang-senang tanpa tanggung jawab yang terlalu besar.

"Temen-temen, kalau mau ganti baju, bisa ke toilet sana, ya. Tapi nanti balik lagi ke sini, kita makan siang dulu sebelum masuk ke dalam. Waktunya setengah jam buat ganti baju dan makan siang. Makasih," ucap Jeno dari depan bis.

Beberapa anak langsung turun dari bis untuk mengganti seragam mereka dengan pakaian yang lebih kasual, begitu pula dengan Yeri.

Jeno tak langsung turun dari bis. Ia harus membagikan box makanan terlebih dahulu ke setiap kursi baru bisa ganti baju.

"Lo gak ganti baju, Sen?" tanya Jeno sambil mengambil ponselnya dari tas.

"Ini, gua ganti baju."

Sena tiba-tiba membuka kemejanya. Jeno sudah hampir terkejut, tapi ternyata Sena memakai kaus tanpa lengan ketat di dalam kemejanya itu.      

Counting New Things | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang