7. Kopi Jos

338 51 0
                                    

Ting!

Mama

Sena. Mama udah book flight untuk kamu besok pulang.

Mama juga udah bilang bu victoria kamu ga ikut study tour hari terakhir

Beresin barang kamu. Mama besok subuh nyusul kamu ke hotel

Kamu besok malem harus ketemu tutor baru. Dia bisanya besok.

Kamu ga usah ikut hari terakhir ya

Bikin capek aja. Biar kamu langsung belajar besok sama tutornya

Di tengah keramaian Malioboro, Sena terdiam menatap ponselnya.

Ia sedang duduk di bangku taman di pedestrian Malioboro, menunggu Jeno yang sedang membeli kopi joss untuk dirinya. Katanya sih, enak. Harus coba kalau jalan-jalan ke sini.

Semua daftar jajanan yang akan ia makan malam ini tiba-tiba hilang setelah membaca pesan dari Mama. Lagi-lagi, Mama merusak kesenangannya.

"Sen, nih." Jeno datang membawa dua gelas kopi jos lalu duduk di samping Sena.

Sena bahkan tak tersenyum atau mengucapkan terima kasih. Ia hanya menerima gelas hangat itu lalu kembali membaca baik-baik pesan dari ibunya.

Tak sengaja Jeno melirik layar ponsel Sena yang masih ditatap Sena lekat-lekat. Jeno ikut terdiam, ia menunggu reaksi Sena yang bisa saja menyemburkan kopi itu pada wajah orang yang lewat.

Sena mengunci kembali ponselnya. Ia bersandar pada bangku itu, lalu sedikit menyeruput kopi jos yang jelas bukan hal familiar di lidahnya.

"Lo mau makan ke angkringan situ, gak?" Jeno menunjuk sebuah angkringan dengan jajaran sate di depannya. Ia hanya mencoba mengalihkan pikiran Sena sebenarnya.

Melihat pesan ibunya tadi, Jeno jadi mengasihani Sena. Sudah biasa sebenarnya Sena dijemput tiba-tiba dari acara-acara seperti ini. Tapi mengarungi ratusan kilometer hanya agar Sena dapat menemui seorang tutor rasanya berlebihan. Study tour adalah hari untuk semua murid dan guru meluangkan waktu untuk bersenang-senang.

Sayangnya, bersenang-senang tak ada dalam kamus keluarga Oh.

"Ga jadi. Gua udah kenyang," jawab Sena dingin.

"Bentar deh, gua beliin makan dulu." Jeno rasanya tak bisa tinggal diam melihat Sena yang berubah suasana seperti ini.

Sena menahan tangan Jeno lalu menggelengkan kepalanya.

"Kita balik lagi ke bis aja."

Jeno tak dapat memercayai ucapan Sena kali ini. Mata anak itu berkaca-kaca, memang. Sangat jelas Sena menahan ledakan emosinya.

Sena berdiri, hendak mengembalikan gelas kopi yang masih terisi tiga perempat itu. Lidahnya tak mau menikmati rasa apapun kali ini.

"Um, ya udah. Gua di bis masih ada makanan kalau lu laper," ucap Jeno lalu berjalan bersama Sena hendak mengembalikan gelas itu.

Brak!

"Eh! Maaf!"

Kumpulan anak perempuan yang tadi sedang tertawa pus tak sengaja menabrak Sena dan membuat kopi yang ada di tangannya tumpah ke seluruh bajunya.

"Goblok banget sih! Mata lo di mana?!"

Bentakan Sena membuat beberapa orang di sekeliling mereka sempat sedikit menatap. Ketiga anak perempuan itu terlihat agak takut dan juga kesal karena Sena sangat kasar. Padahal mereka tak sengaja.

"Maaf, Mbak. Gak sengaja," jawab salah satu anak itu. Mereka terlihat sedikit lebih muda dari Sena dan Jeno.

"Sen, udah. Mereka gak sengaja." Jeno sedikit menarik tangan Sena namun Sena menepisnya dan mendekati ketiga anak itu.

Counting New Things | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang