33. Empati

265 23 1
                                    

"Kenapa dipost ke IG? Instagram kamu followersnya banyak orang, kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa dipost ke IG? Instagram kamu followersnya banyak orang, kan?"

"Iya, biarin. Aku lagi mau pamer."

"Kalo ada yang bilang ke Mama aku gimana?"

"Ga akan. Udah, jangan banyak mikir. Sini jalan lagi sama aku."

Jeno langsung merangkul pinggang Sena dan lanjut berjalan di pedestrian Jalan Braga yang sangat terkenal. Jeno sendiri belum pernah mengunjungi tempat ini. Ini juga pertama kalinya untuk Jeno, dan terasa lebih spesial karena momen pertama kalinya bersama Sena.

"Jen, pegel jalan mulu. Mampir cafe itu, yuk?" Sena menunjuk sebuah cafe di pinggir pedestrian yang terpampang tanda '24 hours'.

Tak pakai berdebat, Jeno menuruti kemauan putri tercantiknya tersebut. Mereka masuk ke dalam cafe yang kelihatannya agak ramai, tapi tidak padat. Mungkin karena ini memang malam minggu, orang-orang jadi ramai berkunjung.

Baru saja masuk cafe, mereka sudah disambut dengn alunan lagu lainnya dari live music di sana. Baik Sena maupun Jeno tak merasa masalah. Selama mereka bersama, semuanya terasa menyenangkan.

Mereka duduk di meja yang menempel dengan tembok. Karena ramai, mereka tak dapat spot bagus seperti meja di dekat panggung live music, atau persis di sebelah jendela.

"Kamu mau aku pesenin apa?" tanya Jeno yang sudah sigap hendak memesan.

"Umm, matcha latte? Atau mending espresso?" tanya Sena sambil sedikit mengangkat alis.

"Sok tau kamu minum espresso. Kamu gak mau tidur emang malem ini?" Jeno ikut mengangkat alisnya. Ia mungkin belum mengenal selera Sena pada kopi, tapi ia sangat meragukan kemampuan toleransi perempuan itu pada kopi.

"Ya udah beliin teh manis anget aja apa terserah kamu!" ujar Sena sambil manyun.

"Ye marah. Orang cuma nanya." Jeno mencubit pipi Sena lalu mengacak-acak rambut perempuan itu. Sena terlihat terlalu menggemaskan sampai ia tidak tahan untuk mencubitnya.

"Matcha latte aja. Udah sana cepetan aku haus!" Sena menepis tangan Jeno karena adegan itu agak membuatnya malu. Di sini sangat ramai dan beberapa orang menatapi mereka.

Sambil menunggu Jeno memesan, Sena mengecek sosial medianya. Tak ada yang baru baginya. Ia hanya melihat orang lain melakukan kesibukan liburan membosankan mereka.

Dibalik itu, ia juga merasa prihatin dengan dirinya sendiri. Dari seluruh orang yang mengenalnya, tak ada yang benar-benar peduli mencarinya saat ia hilang. Tak ada yang menanyakan kabarnya, tak ada yang memohonnya pulang karena memang peduli dengan Sena.

Ia kembali membuka profil Yeri. Perempuan yang pernah ia anggap teman dekat itu pun tak berkutik di kolom pesan pribadi mereka. Ia hanya mencari Sena dan bertanya pada orang lain tanpa bertanya langsung pada Sena secara personal.

Tapi, ada satu orang sebenarnya.

Tapi, ada satu orang sebenarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Counting New Things | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang