29. Laut Senja

353 32 1
                                    

"Ini, Neng, tes dulu ke kamar mandi."

Sena menatap nanar pada sebuah testpack yang diberikan padanya. Ia menatap wanita paruh baya seumuran Uwa yang menyodorkan benda itu padanya.

"Aku bilang aku gak hamil," ucap Sena lalu menatap Uwa yang duduk di depan meja rias.

"Kamu coba dulu aja itu. Kalau kamu ternyata bohong dan sudah beberapa kali kayak gitu sama Jeno, kita bisa urus kamu lebih lanjut," jawab Uwa dingin.

Sena melirik Jeno yang tak punya kuasa apa-apa. Jeno juga bukan anak nakal yang akan membangkang orang tua, apalagi keluarganya sendiri.

Tak ada pilihan lain, Sena pasrah. Ia merampas benda itu lalu pergi ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, ia tak langsung mencobanya. Ia terdiam dan berputar-putar di kamar mandi, bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Walau mungkin hari ini ia negatif, tapi bagaimana jika beberapa hari kemudian ia positif? Ia sadar betul apa yang Jeno lakukan tadi malam. Tak mungkin ia akan mengandung anak dari kekasihnya itu. Tapi bagaimana jika alam berkata lain?

Memang sempat terpikir ia untuk sengaja hamil agar keluarganya membuangnya. Tapi kenyataannya, menghadapi konsekuensi itu tak mudah.

"Sen?"

Jeno memanggilnya dari luar kamar mandi. Sudah cukup lama ternyata Sena berdiam diri dan tak melakukan apa-apa.

Sena membuka pintu kamar mandi itu dan menatap Jeno yang menunggu Sena di depannya.

"Udah?" tanya Jeno yang dijawab dengan gelengan kepala Sena.

"Gua takut."

Jeno hanya terkatup. Ia juga takut meskipun ia tahu hasilnya akan negatif. Tapi tekanan keluarganya cukup besar.

"Gapapa. Cek dulu. Biar cepet selesai dan Uwa gak banyak nuntut lagi." Perlahan, ia elus rambut hitam panjang Sena yang sedikit menutupi wajahnya.

Perempuan itu sudah pucat. Rasanya tubuhnya mulai sakit setelah diteror oleh rasa takut ini.

Sena menurut. Ia langsung kembali ke dalam kamar mandi dan mengecek dirinya melalui test pack tersebut.

Dengan resah, ia menunggu beberapa lama sampai hasilnya muncul.

Tak ada apapun. Setelah beberapa menit, garis di benda itu hanya ada satu. Ia menghela napas lega lalu segera membuka pintu kamar mandi.

"Negatif," ucapnya pada Jeno yang masih menunggu.

Jeno ikut bernapas lega. Mereka kembali ke kamar tempat Uwa dan bidan tadi menunggu. Sena hampir saja berkata kasar kalau saja tak ada Jeno di sekitarnya.

"Ini. Udah aku bilang aku gak hamil," ujarnya sambil menyodorkan test pack itu kasar.

Bidan itu mengangguk saat ikut membaca hasilnya dan mengklarifikasinya pada Uwa. "Iya, Wa, gak hamil ini."

Uwa kalah telak. Dugaannya ternyata tak terbukti benar. Lirikan matanya dari ujung kepala sampai ujung kaki Sena mengakhiri percakapan mengenai Sena tersebut.

"Ya udah, gak usah bantu masak kalo emang sakit."

Uwa kembali ke dapur dan meninggalkan mereka.

***

Sudah 3 hari sejak kejadian itu, Sena semakin terisolir di kamarnya dari lingkungan luar. Uwa tak kembali menginjakan kaki ke rumah itu. Ia hanya beberapa kali mengirim anaknya, Sungchan, jika membutuhkan sesuatu.

Suasana tak nyaman semakin terasa ketika Jeno juga dijauhi kecuali oleh Sungchan dan Giselle.

Tok. Tok.

Counting New Things | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang