32. Rumpang

252 22 0
                                    

"Kamu abis dari mana?"

Jeno baru memasuki kamar setelah mendapat panggilan tak terduga tadi. Tapi, seperti tak ada apa-apa, ia tersenyum dan menghampiri Sena yang sedang mengambil sebungkus camilan dari plastik belanja di atas meja.

"Tadi Jaemin nelepon aku, cuma aku gak ada sinyal. Katanya dia kangen aku," jawab Jeno, berbohong, lalu memeluk Sena dari belakang.

Pelukan itu berlangsung cukup lama sampai Sena harus melepas tangan Jeno dari badannya.

"Apa sih tiba-tiba nempel," tanya Sena melihat tingkah aneh Jeno. Cukup aneh untuk seorang Lee Jeno mau memeluk Sena terlebih dahulu tanpa Sena menghadapi mental breakdown. Biasanya, Sena yang akan lebih manja dan meminta untuk dipeluk.

"Gak boleh?" tanya Jeno sambil menatap Sena yang baru berbalik badan. Ia menempatkan kedua tangannya di meja sehingga membuat Sena tak bisa bergerak.

"Ya boleh. Cuma tumben aja." Sena berusaha menutupi wajah malunya dengan mengalihkan pandangannya. Tatapan Jeno sangat fokus pada wajah Sena sehingga membuat perempuan itu gugup.

Jeno mendekatkan wajahnya pada Sena. Hanya berjarak 5cm dari wajah Sena dan ia berhenti.

"Apa? Mau cium?" tanya Sena yang wajahnya sudah memerah.

"Engga. Cuma pengen liat muka kamu aja."

Cup.

Sena malah mengecup bibir Jeno dan membuat Jeno tersenyum lebar. Dada Jeno sedikit berdebar. Ia tahu ia yang memancing Sena, tapi ia sendiri masih cukup terkejut dengan aksi Sena yang tiba-tiba.

"Ish kamu ini!"

Jeno mengangkat badan Sena lalu menggendongnya dengan melingkarkan kaki Sena di pinggangnya.

"OMG! Jen! Turunin aku!" jerit Sena sambil sedikit tertawa karena ini cukup mengejutkan.

"Ga mau. Bilang Jeno ganteng dulu baru aku turunin," ujar Jeno yang masih menggendong Sena.

Sena tertawa terbahak-bahak karena permintaan konyol tersebut. Bukannya menuruti Jeno, ia malah mengatur posisinya dan memeluk leher Jeno.

"Gaaaak! Jeno jelek!" ujar Sena lalu mencubit pipi Jeno.

"Heh! Dasar ya!" Jeno membawa Sena ke kasur lalu membaringkannya.

Awalnya mereka tertawa, namun tawa itu berhenti saat mereka saling bertatap ketika Jeno berada di atas tubuh Sena.

Jantung Sena berdebar kencang. Perutnya terasa sedikit aneh saat tatapan itu masuk ke dalam jiwanya. Meskipun ia telah melalui banyak hal bersama Jeno, setiap hari terasa seperti hal baru.

Di balik wajah Jeno yang sangat teduh dan menenangkan, terdapat setumpuk kecemasan. Ia tahu waktu yang ia miliki tak lama. Cepat atau lambat, kebahagiaan ini akan sirna.

Dengan lembut, Jeno mencium bibir Sena. Tak dirasa oleh Sena bahwa bibir Jeno sedikit bergetar. Jeno menahan rasa takutnya, menahan semua kecemasannya. Hal yang ia inginkan saat ini hanyalah mendekap Sena erat-erat dan tak membiarkan perempuan ini pergi kemanapun.

Ia lepas tautan itu sesaat lalu menatap wajah cantik Sena. Sena selalu terlihat malu-malu di saat-saat seperti ini.

Jeno berbaring di samping Sena lalu menarik pinggang perempuan itu agar mereka tak berjarak.

"Sen, kalau nanti kita jauh, gimana?"

Sena malah tersenyum dan memegang wajah Jeno.

"Ya, deketin. Walau kamu jauh, aku bakal samperin, biar kita gak jauh," jawab Sena sambil mengelus wajah Jeno.

Counting New Things | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang