34. Kembali

779 41 16
                                    

"Eh, nanti dulu deh. Kita ke tempat oleh-oleh dulu, yuk? Aku mau beli mochi."

Sekilas, Jeno melirik jam tangannya. Ia sedikit menghela napas dan mengangguk, lalu tersenyum seakan tak ada apapun yang menghantui pikirannya. Ia seperti diburu waktu. Hari ini, atau ia akan menanggung resikonya.

Mereka masih berada di parkiran hotel. Sena belum menentukan arah mau ke mana ia mengembara kali ini.

Begitupun Jeno. Ia belum menentukan arah. Pikirannya berkecamuk, bercabang menjadi banyak dahan. Ia ingin merobek dirinya sendiri dan berteriak sekencang-kencangnya. Tapi yang ia tampakkan pada Sena hanyalah senyumannya.

"Boleh. Emang kamu belum pernah makan mochi?" tanya Jeno sambil mencari tempat oleh-oleh di ponselnya.

"Dulu aku pernah nyobain sih sekali. Udah lama banget dikasih temen pas di sekolah. Tapi gak pernah beli sendiri. Gak tau kenapa pas waktu itu rasanya tuh enak banget, Jen. Kayak jelly gitu. Aku bawa pulang kan dua kotak, malah dibuang sama Mama," ujar Sena sambil ikut mencari tempat oleh-oleh.

"Oalah. Kita jalan dulu aja, ya?" tanya Jeno dan membiarkan Sena mencari tempat oleh-oleh itu.

"Apa gak usah ya, Jen? Tiba-tiba aku kepikiran sesuatu soalnya."

"Apa?"

"Aku pengen ke Jakarta. Kemaren aku browsing tentang yang psikiater itu, kan. Aku pengen bikin appointment gitu."

Jeno sedikit melirik Sena. Wajah perempuan itu sangat cerah saat ia menyebut tentang psikiater. Setelah bertahun-tahun ia menutup dirinya, ia punya keinginan untuk lebih baik.

"Emang bisa mendadak?" tanya Jeno.

"Ya engga juga. Kita nginep dulu aja nanti sambil jalan-jalan dulu. Ke mana gitu. Ke Dufan, ke Seaworld. Aku pengen ke Seaworld deh. Pengen liat hiu. Ke Dufan juga sih. Aku kepikiran naik kereta yang istana boneka bareng kamu. Soalnya dulu aku ngebayangin aja jalan-jalan di situ romantis." Sena membeberkan segala rencana di otaknya. Ia punya banyak mimpi dan banyak hal yang ingin ia lakukan bersama Jeno.

"Romantis? Bukannya serem, ya? Aku belum pernah, sih. Tapi katanya gitu," timpal Jeno.

"Gak serem tau. Serem dari mana? Itu kamu denger dari orang yang culun aja kali. Enak di dalemnya dingin."

Sena mulai menyelancari ponselnya dan melihat-lihat wahana di Dufan. Ia juga mencari harga tiket Seaworld. Di otaknya ia sudah menyusun berbagai jadwal untuk bermain bersama Jeno.

"Kalo bisa ke luar negeri, aku pengen ajak kamu ke Disneyland. Di sana lebih seru. Terus aku pengen pake kostum Cinderella dan kamu harus jadi Prince Charming!" Sena menatap Jeno dan langsung membayangkan betapa tampannya Jeno dalam kostum itu.

"Gak mau. Aku mau jadi Captain America aja," ujar Jeno lalu menjulurkan lidahnya.

"Kita harus couple-an!"

"Gak mau!"

"Jeno ih!! Aku maksa!" Sena mencubit pipi Jeno keras-keras dan hampir membuat Jeno tidak fokus ke jalan.

"Eh, eh. Udah! Pipi aku sakit!"

***

Mereka berhenti di sebuah rest area untuk ke toilet dan mengisi bensin sebentar. Sena pergi ke toilet karena perutnya merasa tidak enak.

Selagi menunggu Sena, Jeno keluar dari mobil untuk mencari udara segar. Ia menatap mobil-mobil yang berjejer hendak mengisi bensin.

Ia sedikit merenungi semua hal yang ia lakukan lagi. Rasanya semua hal ini terasa semakin tak bermakna untuknya. Ia membuat dirinya sendiri lelah akan kenyataan. Kembali teringat perkataan Sungchan kalau kadang, ia harus memikirkan dirinya sendiri.

Counting New Things | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang