9. Bahagia Katanya

449 51 4
                                    

"NARUTO?"

Seorang pria yang bernama Naruto itu kini melangkah mendekat. Matanya masih membulat sempurna. "Kau benar, Sakura-chan... kan?" Tanyanya hati-hati. Raut wajahnya terlihat bersinar, menampakkan kebahagiaan.

Sakura mengangguk pelan. Ia tentu masih sangat mengingat wajah teman lamanya ini. Rambut kuning dengan bola mata berwarna birunya.

Saking bahagianya bisa bertemu dengan sahabat kecilnya kembali, pria berambut kuning itu dengan cepat memeluk Sakura, sontak saja membuat seluruh mata yang berada di sana terkejut. "Sakura-chan! Astaga aku hampir tidak mengenali dirimu tadi!"

Sakura merasa sedikit kikuk karena tiba-tiba dipeluk seperti itu. Tapi seperti itulah Naruto yang ia kenal dari dulu. Selalu bertindak semaunya. Dan hal tersebut faktanya tidak berubah.

Tidak ada yang berubah dari Naruto.

Lantas Sakura hanya bisa terkekeh sembari menepuk pelan pundak pria bernama Naruto itu. "Sudah lama sekali aku tidak melihatmu, Naruto."

Sasuke tentu saja menatap tajam tindakan sembrono Naruto pada Sakura. Walau itu hanya sekadar pelukan ringan seperti temu sapa biasa, entah kenapa hatinya mulai terasa panas. Apalagi setelah ia mengetahui bahwa laki-laki bernama Naruto itu sangat dikenali oleh Sakura.

"Kau mengenal Sakura, Naruto?" Kini Itachi mulai membuka suara. Naruto sendiri adalah teman Itachi. Lebih tepatnya rekan kerjanya selama ini. Dan Itachi sendiri sudah menganggap Naruto seperti adiknya, karena umur mereka yang masih terpaut beberapa tahun. Tapi kini ia pun baru bertemu kembali dengan Naruto, karena pria itu baru saja menyelesaikan kuliahnya di luar Konoha.

"Tentu saja-ttebayo!" Sahut Naruto dengan semangat. Sakura yang kembali mendengar sufiks akhir Naruto setelah sekian lama akhirnya tertawa.

"Ttebayo mu masih ada ternyata! Shannaro!" Dan Naruto pun ikut tertawa. "Shannaro mu juga masih ada ternyata-ttebayo!"

Keduanya tertawa bahagia, tanpa sedikitpun melihat kondisi raut wajah Sasuke yang sudah menatap penuh kemarahan dan kekesalan.

"Ah, Sakura adalah teman sekolahku sejak SD sampai SMP." Sahut Naruto sembari memberikan klarifikasi, terutama pada Mikoto dan Fugaku yang menatap heran keduanya. "Dulu kami juga pernah tetanggaan. Ya kan, Sakura-chan?"

"Kau temannya Sakura?!" Pekik Karin heboh. Tak menyangka jika saudara jauh se marga Uzumakinya itu ternyata teman baik Sakura.

"Betul. Dan, kenapa kau bisa ada di sini, Karin?" Tanya Naruto bingung melihat Karin yang berada di deretan lingkungan tempat duduk Uchiha. "Tempat duduk keluarga Uzumaki kan ada di pojok sana."

Karin menatap jengkel Naruto. "Aku hanya sedang menyapa keluarga Sasuke!" Ujarnya tak mau kalah. Rasanya ia seperti diusir secara halus oleh saudara jauhnya ini.

Sekadar informasi, bahwa hubungan di antara mereka memang sedikit tidak baik, dikarenakan keluarga Karin yang membuat jarak pada keluarga Naruto sejak lama. Tentu Karin dan Naruto sangat paham dengan keadaan di antara keluarganya tersebut.

"Sasuke?" Beo Naruto.

"Ah, Uchiha Sasuke adalah adik bungsuku, Naruto. Kau pernah bertemu dengannya beberapa kali dulu." Ujar Itachi.

Naruto manggut-manggut. "Oh, aku ingat. Pantas saja namanya tidak asing." Sahutnya. Kini ia menoleh ke arah Sasuke. Dan kini ia menemukan wajah yang terlihat amat dingin, berbeda sekali dengan Itachi yang masih bisa bersikap hangat walau raut wajahnya terlihat tegas.

Naruto mencoba bersikap ramah. "Perkenalkan namaku Naruto, aku rekan kerja Itachi di perusahaannya. Ngomong-ngomong, sepertinya kita seumuran."

Karena sudah terlanjur kesal, Sasuke tak lagi bisa bersikap ramah pada salah satu tamu ayahnya malam ini. "Sasuke, suami Sakura." Sahutnya begitu dingin.

Uchiha Hills '20 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang