7. Sebuah Fakta

480 57 5
                                    

Sakura menatap malas sarapannya hari ini. Matanya masih terlihat sedikit bengkak karena ia banyak menangis semalam.

Siluet tubuh tinggi mulai terlihat di hadapan Sakura. Tapi ia tak peduli. Melirik pun rasanya ia tak mau.

"Aku pergi."

Ini masih pagi, tetapi rasanya perasaan Sakura sudah mulai berkecamuk hebat. "Kau tak sarapan?" Tanyanya dingin, tanpa menoleh sedikitpun.

"Hn."

Mendadak kedua bola mata emerald itu terasa hangat. Mengapa semuanya mulai terasa begitu menyakitkan untuknya.

Sasuke bahkan tak pernah bisa menghargai dirinya barang sedikitpun. Untuk hal-hal kecil seperti ini, ketika ia harus bangun pagi dan membuat sarapan untuknya, tetapi lihatlah apa yang dilakukan laki-laki itu padanya, ia bahkan memilih untuk pergi tanpa memakannya sedikit pun.

Dadanya mendadak terasa semakin sesak, apalagi ketika bayangannya kembali mengingat kejadian semalam. Kejadian yang begitu menyakitkan untuknya.

Tetapi bahkan Sasuke tak mengatakan apapun padanya. Laki-laki itu tampak diam seribu bahasa seolah tak peduli. Atau bahkan mencoba mengabaikan Sakura.

"Itukah alasanmu tidak mau mengajakku kemarin?"

Langkah Sasuke terhenti begitu saja. Dadanya mendadak mulai naik turun. Tapi ia tak berminat untuk menjawab pertanyaan Sakura, sehingga kini ia mulai berjalan kembali.

Sakura tertawa getir. "Itukah alasanmu menolak permintaanku untuk ikut bersamamu? Karena kamu ingin bertemu dengannya di acara itu, kan?"

Pertanyaan itu sukses membuat hati Sasuke mencelos hebat. Bibirnya mendadak terasa begitu kering, bahkan terlihat sedikit bergetar. Namun ia mencoba tidak peduli, dan memilih untuk pergi.

"Apakah kalian masih saling berhubungan selama ini?"

Lagi-lagi langkah Sasuke terhenti. "Itu bukan urusanmu." Jawabnya dingin. Hatinya terasa berdarah mengatakan itu, namun ia tak bisa melakukan apapun.

Air mata kekecewaan itu seketika keluar, membasahi pipi gadis bersurai merah muda. "Apakah kamu yang mengundangnya untuk datang?"

Sasuke kembali terdiam. Sudut hatinya sudah terasa sangat sakit mendengar suara lirihan Sakura di belakangnya. Rasanya seperti ada pisau tajam yang menancap di sana.

"Kenapa? Kenapa kau tak mengatakan padaku dengan jujur dari awal?"

"Kenapa kau mengatakan hal ini seolah-olah kau adalah korbannya?"

Hati Sakura mencelos seketika, menatap tak percaya pada punggung Sasuke. "Apa maksudmu?"

Tubuh tegap itu kini berbalik, menatap dingin Sakura. "Aku juga korban di pernikahan ini, Sakura." Sahutnya dengan frustasi.

Sakura menggeleng kuat. Air matanya semakin membanjiri pipinya yang sudah tampak memerah. Isak tangis itu semakin melukai hati Sasuke secara tak langsung. "Tak bisa kah kamu mengerti perasaanku walau sedikit saja? Aku sangat terluka semalam! Tapi kamu malah diam membisu seolah-olah tak terjadi apapun!"

Kedua onxy hitam itu terpejam kuat. Tak sanggup jika harus melihat Sakura seperti ini terus-menerus. Hatinya terlalu sakit untuk sekadar mendengar suaranya yang begitu parau akibat terus menangis sepanjang waktu.

"Kau bahkan tidak membela kehadiranku sedikit pun di sana! Kau bisu kah?"

"Untuk apa?"

"Untuk apa katamu?" Tanya Sakura sarkas. Kini ia mulai maju mendekati Sasuke. Tangannya bahkan sudah terkepal kuat. "Tak bisakah kamu melihatku?" Paraunya.

Uchiha Hills '20 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang