16. Luka Kebohongan

556 55 5
                                    

Sudah semenjak kemarin baik Sasuke maupun Sakura sama-sama tak membuka suara sama sekali setelah nostalgia panjang yang telah mereka lalui. Bahkan Sakura juga terlihat menghindar dari Sasuke.

Karena bagaimanapun Sakura kini telah merasa kalah. Kalah karena tak bisa menjaga rahasia besar yang selama ini ia tutupi dari Sasuke.

Rahasia yang sesungguhnya ingin ia jaga sampai tiba waktunya. Bukan saat seperti kemarin, dimana bahkan hatinya sudah mati rasa untuk menatap rasa sakit di kedua bola mata onxy hitam milik suaminya.

Semua yang dia lakukan tentunya punya alasan.

Dan Sakura kecewa dengan apa yang terjadi kemarin.

"Sakura?"

Baru saja memikirkan sesosok laki-laki itu, lantas suara lembut yang terdengar pelan mulai kembali memanggil namanya.

Ada apa dengan Sasuke? Ini tidak seperti biasanya. Ia jarang sekali membuka obrolan terlebih dahulu dengan memanggil dirinya di rumah ini.

Dia berubah.

"Sakura... bisakah kita berbicara?"

"Tentang apa?"

"Semuanya."

"Apakah tentang kemarin?" Tanya Sakura ragu. "Jika iya, lupakan saja. Jangan kasihani aku."

"Apa maksudmu?" Tanya Sasuke menatap Sakura bingung. Ia tak paham dengan apa yang sedang dibicarakan oleh Sakura padanya.

Kedua bola mata emerald hijau itu kini menatap onxy hitam legam yang entah sejak kapan sudah tak lagi memiliki tatapan yang tajam dan menusuk, semenjak kemarin, hanya terlihat tatapan sendu sedan di sana.

Dan hal tersebut membuat Sakura semakin merasa sakit.

"Jangan kasihani aku hanya karena cerita kemarin, Sasuke-kun. Aku tidak suka dikasihani oleh orang lain."

Entah mengapa Sasuke merasa tersinggung setelah mendengar penjelasan Sakura yang terdengar sangat menyakitkan. Ia bahkan tidak pernah berpikir ke arah sana. Namun mengapa Sakura dapat berpikir demikian? Dan apa tadi katanya? Lupakan saja? Orang lain?

Mengapa Sakura mengatakan hal seperti itu?

"Orang lain katamu? Aku suami kamu, Sakura." Sahut Sasuke dengan suara yang mulai terasa lebih berat. Hawa dalam dirinya seketika berubah. Dan Sakura sadar bahwa ia baru saja mengatakan sesuatu yang salah.

Kesalahannya mengatakan sesuatu yang begitu sensitif. Tetapi Sakura sudah tak peduli.

"Aku capek, jangan mengajakku berbicara."

Namun bukan Sasuke jika tidak keras kepala. Lantas ia menarik tangan Sakura untuk berhenti dan tetap pada tempatnya semula.

"Sakura, apa maksudmu?"

Sakura tak bergeming sama sekali. Membuat Sasuke semakin ingin mendesak Sakura agar kembali membuka suara dan mengatakan semuanya.

Drrrt... Drrrt...

Suara getaran handphone yang terus berbunyi lantas memecah keheningan di antara Sasuke dan Sakura.

Pandangan Sasuke tentu saja mengarah pada layar yang terus menyala. Ia penasaran dengan sosok yang menelpon Sakura selarut malam ini.

Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Naruto is calling...

Uchiha Hills '20 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang