22. Seperti Mimpi

549 63 8
                                    

Hari ini, Sasuke kembali mendatangi pihak hukum untuk melanjutkan proses sidangnya. Diikuti oleh Fugaku dan Mikoto yang juga setia menemani Sasuke menghadiri panggilan-panggilan hakim.

Tampaknya, hari ini, tepat hari ke-10 Sasuke dijadikan tersangka utama terjadinya kebakaran di proyeknya kemarin.

Dan sudah kesekian kalinya Sasuke memasuki ruang sidang yang mencekam ini. Disaksikan oleh banyak orang, ruangan sidang kali ini terasa lebih panas dibandingkan sebelumnya.

Beberapa pihak perusahaan yang merasa dirugikan menginginkan Sasuke dihukum di dalam penjara sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, namun tuduhan itu masih belum cukup untuk memenjarakan Sasuke dalam waktu yang secepat ini.

Bagaimanapun, tuduhan itu masih kurang, dan bukti-bukti kebenaran masih terus dikumpulkan oleh Sasuke dan lawyernya. Membuat hakim masih mempertimbangkannya.

Fugaku yang mendengar hal-hal konyol itu tentunya sangat marah, ia bahkan hampir merusak momentum ruang sidang anaknya tersebut.

Dan Mikoto hanya bisa menangis sembari menatap punggung putranya yang terlihat sangat ringkih hari ini. Tubuh anaknya itu sudah beberapa hari ini terlihat melemah, membuat ia hanya bisa menangis di dalam setiap doa dan usahanya. Meminta pada Tuhan agar Sasuke senantiasa diberikan kekuatan.

Sidang itu berakhir, dan kini Sasuke berjalan keluar ruangan bersama keluarganya. Kemudian mulai berdatangan wartawan yang mengampit tubuh Sasuke secara langsung, membuat pria itu harus berjalan sembari berdesakan.

"Bagaimana tanggapan Anda tentang tuduhan itu, Pak Sasuke?"
"Apakah tuduhan itu benar?"
"Apa motif Bapak membakar ruangan itu?"
"Apakah benar jika Bapak berniat membunuh rekan dan karyawan di sana di dalam tragedi kejadian tempo lalu?"
"Mohon tanggapannya Pak. Jika Bapak terus diam seperti ini, kami menyayangkan sifat Anda."
"Bagaimana Bapak menanggapi kerugian yang sangat besar itu, Pak?"
"Apakah benar banyak perusahaan yang memblacklist perusahaan PT Uchiha Api karena kejadian kemarin?"
"Mohon buka suara, Pak! Kami butuh kepastian!"
"Mohon tanggapannya, Pak!"

Suara sahut-sahut pertanyaan itu datang dari para wartawan yang sedang meliput berita. Namun Sasuke tak punya tenaga untuk menanggapi semuanya.

Tubuhnya bahkan sudah mulai terkulai lemas karena suhu badannya yang kembali naik drastis.

Pandangan matanya mulai kabur, membuat Mikoto dan Fugaku dengan erat memeluk Sasuke sembari terus berjalan ke arah mobil mereka.

Seketika pandangan Sasuke tiba-tiba menjadi gelap, membuat tubuhnya ambruk. Namun kesadarannya masih tersisa walau hanya sedikit.

Samar-samar ia mulai merasakan sentuhan telapak tangan yang sudah ia rindukan selama ini. Di sisa kesadarannya, ia masih ingin menoleh ke atas, untuk memastikan apakah dia sedang bermimpi atau tidak.

"Sasuke-kun!"

Suara teriakan itu membuat hati Sasuke membuncah karena merasa bahagia.

Ia bahagia karena mimpinya kali ini sangat indah.

Sangat indah, hingga ia benar-benar tertidur dengan lelap saat itu juga.

***

Matanya mengerjap secara perlahan. Seketika pandangannya mengitari ruangan yang sudah sangat familiar untuknya.

Ia menghela napas panjang. Rasa pusing itu masih menghantam keras kepalanya.

Kemudian tak lama, hatinya kembali merasa sedih.

Uchiha Hills '20 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang