28. Kedatangan Tamu

736 51 7
                                    

Pagi hari ini, Mebuki sudah sibuk di dapur untuk membuatkan makan siang dengan porsi yang cukup besar.

Rencananya, akan ada Fugaku, Mikoto, Itachi beserta keluarga kecilnya yang bertamu ke rumah Sakura, membuat Mebuki dengan semangatnya mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut mereka.

"Sakura, bisakah kamu menunggu muffin yang sedang berada di dalam microwave sini? Aku ingin membersihkan ruang tamu terlebih dahulu." Tanya Mebuki sembari memasukkan muffin tersebut ke dalam microwave.

"Tentu." Jawab Sakura dengan senang hati. "Aku akan menunggunya hingga matang."

"Terima kasih atas bantuannya, anak cantik."

Sakura terkekeh pelan setelah Mebuki mengatakan hal manis padanya. Bukan hal yang baru bagi Sakura mendengar pujian-pujian dari Mebuki untuknya. Menurutnya, Mebuki adalah ibu terbaik yang pernah ada di dunia ini. Sekalipun ia tegas dan kadang bersikap mengesalkan, namun rasa cinta dan kasih sayangnya begitu besar, membuat Sakura tak pernah merasa kekurangan sama sekali.

Untuk hal-hal kecil yang ia lakukan, pasti Mebuki akan memuji dan memberikan apresiasi padanya, membuat Sakura tentu merasa sangat dihargai.

Ah, Sakura benar-benar menghormati dan menyayangi ibunya begitu dalam.

Ia bahkan telah bertekad sejak dulu, bahwa ketika ia menjadi seorang ibu, ia akan mencontohkan Mebuki. Ia akan menjadi sosok ibu yang baik seperti ibunya.

Mengingat ia pernah berkhayal menjadi seorang ibu seperti Mebuki, membuat ia reflek menyentuh perutnya. Entah mengapa ada getaran baru yang ia rasakan. Kemudian ia mulai bertanya-tanya, kapan buah hatinya dengan Sasuke akan segera hadir di dalam rahimnya?

Ini sudah 4 bulan lamanya ia aktif bercinta dengan Sasuke, namun belum ada tanda-tanda bahwa malaikat kecil sudah mulai berada di dalam perutnya sekarang.

Mendadak Sakura mulai menghitung tanggal merahnya, hingga konsentrasinya buyar ketika Sasuke menyentuh pundaknya dengan lembut. "Ah! Kau mengagetkanku!" Gerutunya.

Dengan wajah yang ceria, Sasuke hanya terkekeh pelan. "Maaf." Ucapnya. "Kenapa kamu melamun? Ada yang sedang kamu pikirkan?"

"Aku tiba-tiba berpikir bahwa aku-" Namun tiba-tiba saja Sakura berhenti bicara. Membuat Sasuke menatapnya bingung.

"Ada apa?"

"Ah, tidak ada apa-apa kok! Aku hanya sedang melamun tadi." Bohong Sakura. Faktanya ia tadi benar-benar sedang menghitung tanggal merahnya. Dan tiba-tiba saja dia menyadari sesuatu.

"Kamu yakin tidak apa-apa?" Tanya Sasuke khawatir.

"Hn." Angguk Sakura dengan senyuman manisnya. "Aku baik-baik saja. Aku tadi hanya tiba-tiba rindu rumah."

Sasuke tersenyum maklum. Wajar saja jika Sakura mulai merindukan rumah mereka, karena mereka sendiri sudah tinggal di sini selama seminggu lamanya.

"Kamu sedang membuat apa?"

"Aku sedang menunggu muffin itu matang di microwave."

"Pasti rasanya akan sangat enak."

Sakura kembali tersenyum lebar. Sudah dua kali ia dipuji dengan manis oleh orang-orang yang sangat ia cintai dan sayangi.

"Terima kasih, suami." Goda Sakura sembari memeluk tubuh tinggi Sasuke, membuat pria itu sedikit tersentak. Namun kemudian ia tersenyum senang.

Entah dorongan dari mana, jemari Sasuke tiba-tiba mengusap kulit leher Sakura, membuat wanita itu bergidik ngeri seketika.

"Sasuke-kun... kita sedang di dapur loh."

"Hn."

Namun Sasuke tetap mengusap dan mengelus lembut leher jenjang Sakura hingga ke bagian depan. Membuat Sakura semakin merinding.

Uchiha Hills '20 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang