Bab 23 - Bukan Milikku

25 2 1
                                    

"Aku bisa membeli semua yang aku mau dan aku inginkan, tapi tidak dengan hati dan cintamu"

-zakia-

Mimik wajah Adit masih seperti biasanya. Semenjak kejadian Adis yang koma, Adit terlihat lebih banyak diam dan menjadi dingin dengan sekitar.

Bahkan Rosyad sering memancing tingkah absurd Adit.

Kini Adit tengah berdiri di depan kelas Adis. Tatapannya tertuju pada bangku yang sering di tempati oleh saudarinya.

Saat hendak pergi, Adit dikagetkan dengan kedatangan Mahira dari arah yang berlawanan.

"Astaghfirullah" Adit terperanjat melihat Mahira.

Begitupun juga Mahira yang kaget karena suara kencang milik Adit.

"Kak, Adit. Ngapain ke sini?" Tanya Mahira.

"Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?"

"Maaf becanda. Aku ke sini nyari kamu."

Mahira menggaruk rambutnya yang dibalut hijab putih. Dalam hati dan fikiran ia bertanya-tanya.

"Ada apa ya, Kak?"

Adit menyodorkan sebuah buku harian yang malam tadi ia cari sampai pusing tujuh keliling.

Mahira yang kaget, langsung mengambil bukunya dengan kecepatan kilat.

"Kenapa bukunya ada di Kak Adit?"

"Kemarin ada di tumpukan buku materimu yang kamu pinjamin ke Adis."

"Astaghfirullah.." lirihnya.

Dengan malu Mahira menanyakannya. "Kak Adit enggak buka apalagi baca isi bukunya kan?"

"Enggak"

"Alhamdulillah kalau gitu" Mahira menghela nafas panjang.

"Kenapa?"

"Gapapa kok, Kak."

"Ya udah, aku ke kelas dulu. Assalamualaikum." Pamit Adit.

"Wa'alaikumussalam."

Mahira hendak memasuki kelas, tapi ia urungkan karena mendapat panggilan dari Adit.

"Hira, lukisanmu cantik." Setelah mengatakan itu Adit pergi menjauh dari pandangan mata Mahira.

Kalimat itu mengganggu konsentrasi belajar Hira. Apakah Adit membaca semuanya? Apakah Adit sudah mengetahui perasaannya?

Dering bel istirahat berbunyi nyaring di telinga Mahira dan seluruh manusia yang ada di sekolah. Sesegera mungkin ia keluar kelas dan menuju kelas Adit.

Sepi sekali kelasnya. Hanya ada lima murid saja di dalamnya dan Adit tidak ada di tempat itu.

Kantin menjadi tujuan utamanya Mahira saat ini.

Pandangan matanya menemukan sosok Rosyad yang sedang makan cilok dengan Husna dan satu murid entah siapa itu namanya, yang pasti sosok itu bukan Adit.

"Hiraa...." Teriak Husna.

Sontak Mahira langsung menuju suara toa yang berkumandang barusan.

"Kamu gak makan?" Tanya Husna.

"Mm.. enggak, Na. Aku ada urusan sebenarnya. Tapi-..."

"Tapi apa, Ra?"

"Kak Rosyad. Aku mau nanya boleh gak?" Hira mengalihkan topik pembicaraannya dengan Husna.

"Mau tanya apa, Ra?"

"Kak Adit di mana ya, Kak?"

Husna tersentak kaget hingga ciloknya tertelan dengan keadaan masih bulat-bulatnya.

KENAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang