Bab 24 - Berakhir?

32 1 3
                                    

"Aku tau cintamu untuk siapa, tapi aku tidak peduli. Aku akan tetap mencintaimu."

-zakia-

Mahira mengendarai motornya menuju rumah sakit dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Pasalnya ia tadi terjatuh dari motor saat menuju rumah sakit. Luka ringan yang ia alami hilang digantikan dengan adanya rasa khawatir.

Sesampainya di rumah sakit, dia tidak menemukan siapa-siapa di ruang inap Adis.

Sampai ia bertanya pada suster yang lewat.

"Sus, pasien atas nama Adis di ruangan ini di mana ya? Kok gak ada?"

"Pasien tersebut dilaporkan hilang barusan sama salah satu keluarganya. Untuk saat ini sedang proses pencarian oleh pihak keamanan rumah sakit."

Mahira benar-benar syok dan sesegera mungkin ia menghubungi teman-temannya.

Ia berlari ke ruangan cctv dan ia melihat Adit yang sudah seperti orang kesetanan.

Penampilannya benar-benar buruk.

"Kak Adit.."

"Mahira?"

"Aku tadi nyusulin Kakak ke sini."

Mahira menghampiri Adit dengan sedikit susah. Karena baru merasakan sakit pada bagian kaki dan punggungnya.

"Kamu kenapa?"

"Gapapa, Kak. Tadi cuma jatuh aja dari motor."

"Ayo ikut aku." Adit membawa Mahira keluar dan pergi menemui salah satu perawat untuk mengobati luka Mahira.

"Kamu di sini dulu. Aku mau cari Adis."

Adit meninggalkan Mahira.

Amar tiba di rumah sakit dan langsung menemui Adit.

"Abi, aku tau siapa dalang dibalik semua ini." Bisik Adit.

"Siapa?"

"Tante Shindi"

Amar kaget bukan main mendengar jawaban Adit. Sahabat lama yang lama tak ada kabar, kini menyapanya dengan cara yang kejam.

Tiba-tiba telfon Amar berdering.

"Assalamualaikum, Sayang. Ada apa?"

"Sayang? Romantis juga ya ternyata kamu."

"Shindi?"

"Dimana istri saya?"

Plak.

Amar terkejut mendengar suara tamparan keras dan rintihan Hazel.

"Shindi, saya mohon jangan lukai Hazel."

"Dia sangat salah Mar. Dia salah. Udah hadir di hidup kamu dan dia rebut kamu dari aku."

"Cukup, Shin. Dimana kamu sama Hazel?"

"Kamu pilih istri tercinta atau putri kesayanganmu yang udah sekarat ini?"

"Shin, aku mohon jangan sakiti mereka berdua."

"Kamu cuma bisa pilih satu Amar As-Shidiq hahaha"

Setelah mengatakan itu, Shindi menutup telfonnya.

Amar dan Adit hendak bergerak dan berpencar mencari keberadaan orang-orang terkasih mereka, tapi di cegat oleh seseorang yang sudah lama tak mereka jumpai.

"Mau apa lagi lo?"

"Saya tau mereka ada dimana."

"Saya tidak percaya lagi dengan omong kosongmu itu." Amar berjalan melewatinya begitu saja.

KENAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang