Ketegangan dimeja makan malam begitu seram, sehingga membuat bulu kuduk Adit dan Adis merinding. Hanya ada suara dentuman sendok dan garpu. Mereka semua mengunyah dengan halus dan tanpa suara.
Seusai makan malam, Adit mendapat perintah dari sang Abi untuk masuk ke ruang kerja milik Abinya. Ruang kerja yang terasa panas dan gerah membuat Adit lagi-lagi seperti akan uji nyali di rumah berhantu.
Di sana sudah ada sang Abi yang duduk di sofa dengan setelan kaos santai. Pesonanya masih sama, berwibawa, dan sangat karismatik. Meskipun hanya dengan balutan pakaian santai.
"Umma sudah cerita semuanya ke Abi. Sekarang Kakak tau kan, Abi akan ngapain disini?" Amar menatap anaknya yang berdiri dengan menunduk. Adit tak berani menatap manik mata indah milik Amar sedikitpun.
"Mulai besok, Kakak bisa datang ke kantor Abi dan malam ini Kakak bisa langsung tanya soal kerjaan kepada Pak Anton."
"Iya, Abi."
"Hukumannya satu bulan dan selama itu, Kakak juga harus bisa intropeksi diri dari kesalahan yang Kakak perbuat."
"Abiiiiii...." rengek Adit.
"2 bulan."
"Kok makin banyak sih, Bi."
"Oke, 3 bulan."
".........."
"Mau protes lagi?" tanya Amar.
Adit menggelengkan kepalanya, "Cukup, Bi."
"Abi bangga sama Kakak yang menyayangi Adek, tapi Abi tidak suka dengan cara Kakak untuk menjaga Adek dengan kekerasan sepeeti ini. Apalagi berkelahi dengan teman sendiri. Apa Abi pernah ngajarin Kakak buat berkelahi dengan teman sendiri?"
"Pernh, Bi. Waktu itu Abi berantem sama Om Nazril. Om Nazril kan teman sekaligus Kakak Ipar dari Abi. Dulu, Abi bilang "Kalau teman kamu rese, pukul aja gak apa-apa" Adit masih ingat loh, Bi."
Amar menepuk jidatnya keras-keras. Amar saja udah lupa dengan ini. Tapi anaknya?...
"Tapi, tidak semua masalah harus diselesaikan dengan beratem kan?"
Lagi-lagi Adit hanya menggelengkan kepalanya, "Tapi Bi, masalah ini tuh harus diselesaikan dengan seperti ini. Biar Kenan itu punya kapok. Adit udah sabar ya, dari mulai Adek bela-belain berangkat pagi cuma buat nemuin Kenan, Berani bohong ke Umma soal nemuin ojek padahal nemuin Kenan, sekarang? Dia sampe nangis gara-gara Kenan, Bi. Hidup Adek itu berharga bagi Adit, Bi. Adit gak mau Adek kenapa-kenapa. Abi ingat? Dulu hijab Adek digunting sama dia dan sampai-sampai dia pernah nyium pipnya Adek. Adit enggak bisa lupain soal itu, Bi."
Flashback On
"Itu Adekmu kenapa lagi?" Tanya Amar.
setelah bertanya hal tersebut, Amar hanya mendapat gelengan kepala dari si sulung.
Adit teringat ia harus bergegas ke rumah Ochad untuk mengerjakan tugas, "Umma, Abi, Kakak mau ke rumah Rosyad malam ini. Ada tugas yang harus dikerjain berdua. Kakak izin berangkat sekarang ya."
"Ya udah, Kakak berangkat gih. Salam buat neneknya Rosyad ya. Ada Kue kukus di kulkas. Kakak bawa aja semuanya kecuali yang brownies. Itu punya Adekmu. Kalau kamu bawa, nanti ngamuk-ngamuk yang ada adekmu" Ujar Hazel sang Umma.
"Ya udah, Adit berangkat ya. Assalamu'alaikum Abi, Umma, dan dedek Omar yang paling jelek..." Setelah salim dengan sang Abi dan Ummanya, Adit tak lupa menyapa Adek bontot yang memiliki pipi gembul itu dan mencubitnya. sampai Omar teriak kesakitan.
"Kak Adiiiiiitttt..... Pipi Omar melarrr.."
"Daaaa bocil EpEp..."
Pasalnya, Omar sering diam-diam memainkan permainan Online di dalam toilet belakang dekat kamarnya Mbak Nunik. Kenapa toilet? Karena menurutnya di dalam toilet belakang adalah teman yang aman dari jangkauan sang Abi dan Ummanya dan udaranya sangat sejuk katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAN [END]
RomanceKenan dan Adis berteman sejak di bangku TK, mereka berpisah saat kelulusan Sekolah Dasar. Lalu kembali dipertemukan di satu SMA dan kembali berteman dengan baik. Namun, pertemanan mereka tidaklah murni. Mereka saling menyimpan perasaan sayang dan ci...