Bab 2 - Kembalimu

101 4 0
                                    

Pagi ini Adit pergi ke sekolah sangat pagi seperti perintah Adis. Ia merengek semalaman untuk berangkat jam 6 pagi. Adit sangat geram melihat permintaan saudari kembarnya itu. Bahkan sebelum adzan subuh berkumandang, Adis sudah mencak-mencak membangunkannya.

"Ini baru jam setengah 7 kurang Adis. Kamu mau apa sih berangkat sepagi ini? Biasanya juga jam 7 kurang 10 baru sampe" Omel Adit saat mereka masih di parkiran sekolah.

"Udah deh, Kak Adit cukup diam dan nurut sama Adis" balas Adis.

"Sekarang Kak Adit masuk dulu aja sana, sana" usir Adis.

Adit masuk ke kelas dan Adis pergi ke luar gerbang.

Adit hanya berpura-pura menuju kelas, padahal aslinya ia membuntuti Adis dan ingin mengetahui apa yang akan dilakukan sang kembaran.

Adis melihat jam tangan yang melingkar dipergelangannya. Ternyata masih jam setengah 7 kurang 5 menit. Ia menyimpulkan pemuda yang kemarin itu adalah Kenan. Teman semasa TK dan SD nya dulu.

Lamunan Adis buyar akibat ketukan seseorang tepat dijidatnya.

Tuk.

Adis kembali memandangi wajah tampan dan ada baret bekas luka di keningnya. Ia yakin itu dulu adalah bekas luka akibat dorongan dari Kakanya.

"Ternyata lo nurut juga ya" kata pemuda itu.

Ia memakai seragam yang sama dengan Adis. Otomatis dia juga bersekolah di sekolah yang sama dengan Adis.

"Kenan?" Polosnya Adis masih mempertanyakan hal mengenai nama pemuda yang ada didepannya.

"Siapa sih Kenan yang lo maksud? Nama gue bukan kenan" jelasnya.

"Gak mungkin! Kamu pasti Kenan" Adis keukeh dengan pendiriannya.

Tangan kekar pemuda itu mendarat tepat dipucuk kepala Adis dan mengacak-acak hijab yang dikenakan Adis.

"Iya-iya gue ngaku deh. Gue Kenan yang suka usilin lo waktu kecil" kekehnya.

Tawa Adis seketika pecah dan disusul oleh tawa menggelegar dari Kenan.

Dibalik tawa bahagia mereka ada sosok yang meringis dibalik pohon karena mehana sesaknya himpitan yang menghimpit dadanya.

Tiba-tiba teriakan satpam menghentikan tawa mereka.

"Hey! Kalian mau sekolah atau gak? Kalau gak Bapak tutup nih gerbangnya" teriak satpam sekolah.

"Sekolah lah pak! Mau jadi apa kalau kita gak sekolah?" Balas Kenan sambil tertawa memandang Adis.

"Masuk duluan gih"

kemudian Kenan menyalakan motor vespanya.

Adit yang tau bahwa Adis berangkat pagi dan mengganggu tidurnya hanya demi cowok yang sedari kecil Adit benci. Setelah ini, Adit bakalan lebih waspada terhadap Kenan.

Adit segera berlari menuju kelas.

"Ngapain sih tuh anak pakek acara muncul lagi. Udah bagus-bagus ilang juga" gerutu Adit sepanjang perjalannya menuju kelas.

"Woy.... Ngapain sih lo komat kamit kek begituan" kata Rosyad.

Rosyad sudah Adit anggap sebagai saudara. Begitupun dengan Rosyad juga sudah menganggap keluarga Adit sebagai keluarganya juga. Rosyad adalah anak yatim piatu yang sekarang hanya tinggal dengan neneknya.

"Lo bakal punya saingan deh Chad" jawab Adit yang gak nyambung.

Rosyad duduk di sebelah Adit dan langsung mengambil salah satu buku tulis yang ada di tas Rosyad untuk ia buat mengipasi Adit.

"Apaan sih Chad? kok lo kipasin gue?" Keluh Adit.

"Biar gak marah-marah. Laa taghdob walakal jannah Dit. Wudhu sana" Adit takjub banget memiliki sahabat layaknya Rosyad ini.

"Seharusnya nih yang marah itu lo Chad bukan gue. Mulai hari ini lo ada saingan buat dapetin Adis. Tapi nih ya menurut gue cuma lo sih yang gue restuin dapetin Adis" ujarnya.

" Terus ngapain lo sekarang marah?" Tanya Rosyad.

"Ya lo kan jad-.... Ah sudahlah lupain aja" putus asa sudah Adit jika harus berdebat dengan Rosyad.

"Dit, gue bilangin ke lo ya.. Jodoh itu udah ada yang ngatur dan cinta itu juga gak bisa dipaksakan. Kalau gue suka sama Adis, itu ya urusan gue. Mau disukai balik ya alhamdulillah kalaupun engga ya gue gak papa. Hidup itu sebenarnya simpel Dit, tapi kadang kitanya aja yang ngebuat hidup itu malah jadi rumit" Jelas Rosyad.

"Lo sekarang bisa aja ngomong kaya gini, Chad. Tapi suatu saat, jika lo bukan takdir Adis, apa hati Lo bakalan setegar ini?" Sekakmat.

"Itu risiko, Dit. Berani mencintai juga harus berani sakit hati. Kalau bahagia itu adalah bonus. Kalau Adis bukan jodoh gue, gue akan sakit hati. Tapi melihat dia bahagia, gue juga bahagia. Meski bahagianya bukan gue yang ciptain."

"Jujur ya Chad, gue iri sama lo. Pengetahuan agama dan pengetahuan yang lo yang lain makin best. Gue aja nih yang setiap hari diajakin ke majlis sama Abi, ilmu agama gue kagak nambah" keluh Adit.

"Ya lo kalau dateng ke majlis gak dengerin, malah tidur. Gimana mau nambah coba, Dit-Dit"

Rosyad hanya mampu geleng-geleng melihat kelakuan sahabatnya itu.

Woy ada murid baru ganteng.

Yuk liat woy...

Gila iya ganteng banget..

Masuk kelas mana ya tu cowok..

Pesonanya MasyaAllah sekali..

Adit dan Rosyad yang mendengar kegaduhan itu juga ikut keluar kelas untuk menyaksikan apa yang terjadi.

Saat Rosyad melihat pemuda itu, ia sebenarnya sudah menduga sosok itulah yang dibilang oleh Adit.

"Chad, lo liat kan tuh cowok? Dia itu temen gue sama Adis saat masih TK dan SD. Dia juga pernah tuh sampe nyium Adis. Gak waras kan tuh cowok?" Fakta yang dikeluarkan Adit kembali membuat himpitan yang tak kalah sempit di dada Rosyad.

"Cium?" Tanya ulang Rosyad.

"Hooh.. Abis itu dia gue dorong sampe luka jidatnya" tambah Adit.

Roayad masuk kembali ke kelas dengan rasa sesak, begitupun juga Adit yang mengikuti langkah Rosyad untuk masuk kelas.

.
.
.
.
.
.
.
.

Yey... Jumpa lagi nih kita✨...

Sehat-sehat terus ya kalian semua❤...

Salam hangat dari Author untuk para reader's🌻..

See you next part ya..

KENAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang