Kenan dan Adis berteman sejak di bangku TK, mereka berpisah saat kelulusan Sekolah Dasar. Lalu kembali dipertemukan di satu SMA dan kembali berteman dengan baik.
Namun, pertemanan mereka tidaklah murni. Mereka saling menyimpan perasaan sayang dan ci...
Telfon Adis berdering tak henti-hentinya. Ia baru saja mendapat 10 ayat yang terbaca. Saat ini baru saja Adis melaksanakan sholat maghrib dan setelahnya dilanjutkan dengan membaca Al-qur'an.
Ia mencoba fokus meneruskan bacaannya, namun ponselnya sudah berbunyi terus menerus. Dari mulai nada panggilan dan nada notif chat bercampur jadi satu.
Adis menutup Al-Quran dan meletakkan di nakas samping ponselnya.
Ia melihat banyak chat dari Kenan dan begitupun juga panggilan.
Adis mencoba langsung menelepon balik Kenan.
Tanpa menunggu lama, Adis mendapatkan jawaban dari seseorang di sebrang.
"Halo, Ken. Kamu kenapa? Ada apa?" Tanya Adis.
Sedangkan diseberang, Kenan hanya tertawa sumbang mendengar suara khawatir dari Adis.
"Kenan, kamu kenapa? Jawab aku. Jangan buat aku khawatir."
"Kamu yang tenang, aku cuma mau ngabarin kalau aku jatuh dari motor. Sekarang aku lagi di rumahnya El"
"Kenan kamu jangan becanda. Kenapa ke rumahnya Kak El? Cepat ke rumah sakit, Ken."
"Sudah aku bilang kan, aku gapapa, Adis. Kamu gak usah khawatir. Ini udah di obatin sama bundanya El."
"Oke, tunggu aku ke sana."
Tanpa mendapatkan jawaban dari Kenan, Adis langsung mematikan panggilannya dan melepas mukenanya.
Hanya dengan baju sederhana, ia keluar kamar untuk izin ke Abi dan Ummanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sesampainya di depan kamar Abi dan Ummanya, ia mengetok dengan brutal.
"Abii,.. Ummaaa..."
Tok.. tok.. tok..
"Abiiii...."
Setelah itu Amar membuka pintu.
"Loh adek, mau kemana? Kok udah rapi aja"
Adis bingung bagaimana ia menjelaskannya. Kalau ia jujur, pasti Abinya bakal marah besar.
"Itu, Bi. Anuu. Apa ya. Itu lo besok ada pr Fisika, terus adek lupa kalau bukunya ada di Husna. Jadi rencana adek mau ngerjain di tempat Husna."
"Aduh, Adek. Makanya lain kali di teliti dari siang hari. Biar ga gelagapan gini. Ya udah, Abi panggil kakakmu dulu. Biar dianterin sama dia."
"Gak usah, Bi. Adek pesen ojek aja."
"Sama Kak Adit atau gak keluar sama sekali?" Tawarnya.
"Ya udah iya dianterin sama Kak Adit." Pasrah Adis.