Bab 8 - Menikah?

58 5 0
                                        

Parkiran yang sudah sepi menjadi sasaran kemarahan Adit. Ochad hanya bisa diam tanpa suara. Kalau ia ikut campur, yang ada ia bisa lebur dan tinggal nama. Badannya sudah remuk redam saat ini dan dia tak mau membuat badannya semakin remuk.

Tiang dan tembok menjadi sasaran pukulan Adit. Sudah sekitar 5 menit Adit berantem dengan tembok. Bila dilihat kedua jari Adit sudah memar dan juga ada yang berdarah. Ochad merasa bosan dengan tontonan ini, "Mau sampe putus jemari lo?"

Ochad mendorong Adit sampai tersungkur.

"Jari lo berdarah, tangan lo pustus pun, Masalah ini gak akan kelar. Ini masalah sepele, Dit. Please lah.. Lo gak usah sampe nyakitin diri lo sendiri kaya gini" ujar Ochad yang sudah muak dengan tungkah Adit kali ini.

Nafas Adit menggebu-gebu dan mencoba menetralkan emosinya.

"Gue tau. Lo sayang sama Adis, tapi seenggaknya lo omongin dulu ke Adis, tanyain ke dia sebenarnya apa yang terjadi. Jangan main hakim sendiri kaya gini. Sekarang? Lo malah nyakitin diri lo sendiri. Parahnya lo buat malu gue hari ini. Martabak gue udah gak spesial lagi mulai hari ini."

"Lo mau nikahin adek gue?" Tatapan yang tajam dan penuh arti dari Adit untuk Ochad.

"Iya, tapi enggak sekarang. Suatu saat gue bakal jagain adek lo dan jadi imam buat dia. Saat ini yang perlu gue pikirin adalah martabak gue di sekolah."

"Nikahin adek gue, Chad. NIKAHIN DIA SEKARANG!!!!" Adit meninggikan suaranya.

Ochad semakin jengkel dengan arah pembicaraan Adit saat ini. Tanpa sadar, emosi Ochad mulai tersulut,

Bugh...

"Gue bakal nikahin dia. TAPI GAK SEKARANG ADIT!! SEMUA MASALAH ADA JALANNYA SENDIRI-SENDIRI DAN UNTUK MASALAH INI, NIKAH BUKAN JAWABAN YANG TEPAT."

Pukulan Ochad mengakhiri percakapan mereka berdua. Ochad menyeret Adit untuk naik motor dan Ochad mengantarkan Adit pulang.

Bercanda sekali Adit, hanya karena masalah se kecil ini harus menikah dan disaat kesiapan belum hinggap dalam hidup. Memang gak salah kalau anak ini kena pukul Ochad. Setelah berantem membuat otak Adit lengser dikit.

Sesampainya di rumah, mereka mendapati ada Hazel yang sedang belajar dengan Omar. Hazel langsung memberikan tatapan tajam pada kedua anak laki-laki yang sedang berjalan kearahnya.

"Assalamu'alaikum, Umma.." salam mereka berdua.

"Hm.. Wa'alaikumussalam" jawab Hazel dingin.

"Adek Omar belajar di kamar dulu ya, Umma mau bicara dulu sama Kak Adit dan Kak Rosyad" Omar yang mendapatkan perintah dari sang Umma pun langsung pergi meninggalkan mereka bertiga di ruang tamu.

"Duduk."

"Ada yang mau kalian jelaskan sama Umma?"

Flashback On

Adit dikuasai emosi yang tinggi dan langsung mencari keberadaan Kenan. Ochad sudah mencoba menghentikan langkah Adit, namun usahanya nihil. Adit mencarinya ke seluruh penjuru ruangan. Dari mulai toilet, kantin, dan sampai netra Adit tertuju pada sosok yang sedang duduk di taman. Adit langsung menghampirinya dan...

"Brengsek lo.."

Bugh...

"Lo apain Adek gue? HAH."

"Lo apain Adek gue, Ba*in*an? JAWAB GUE ATAU LO MATI"

Kenan tersungkur di tanah. Kejadian itu mengundang pasang mata. Hampir semua siswa yang berada didekat mereka menyaksikan perkelahian dua insan itu.

KENAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang