"Suatu saat akan aku ceritakan dengan bangga pada dunia, kalau aku pernah dicintai dengan hebat oleh wanita sepertimu"
-Aditya Sofwan-
Sepertinya hari ini cuacanya sangat mendukung perasaan Adis untuk menangis.
Butiran air dari langit mulai jatuh menyentuh tanah yang masih basah untuk kian basah.
"Maaf." Adit menunduk lesu saat mengucapkan kata itu.
Kata yang belum sempat di dengar, kini Adit ucapkan dengan perasaan tulus.
Satu kata maaf itu bahkan tidak menjadikan rasa bersalah Adit hilang.
Salah satu dari mereka ada yang benar-benar terluka bahkan sampai menangis karena baginya kejadian ini masih menjadi mimpi.
Tak henti-hentinya dia merengek dan meronta ingin segera bangun dari tidurnya. Pada dasarnya ini adalah sebuah kenyataan.
"El, kenapa lo gak mau bangunin gue? Mata gue udah ke buka, tapi kenapa rasanya gue masih di alam mimpi? BANGUNIN GUE!!" ia mencekal kerah kemeja hitam Elfariki dengan kuat.
Mata yang merah dan bengkak membuat Elfariki benar-benar merasa tersayat hatinya. Sudah 3 hari ia melihat Leo tidak tidur. Ia hanya meracau dan mabuk di club.
"Cukup, Le. Cukup! Dia gak bakal kembali lagi bareng kita. Dia udah enggak sakit lagi sekarang. Sejauh apapun dia pergi, dia tetap ada di hati kita semua." El mencengkam pundak Leo.
"Aku benci kamu! Kenapa kamu pergi? KENAPA? KENAPA KAMU PERGI?"
Adit memeluk perempuan yang tak henti-hentinya memukul gundukan tanah yang berwarna merah itu.
"Dis, cukup." Ia tak punya banyak kata untuk menghentikan saudarinya.
"Dia jahat, Kak. Dia gak mungkin tinggalin aku kayak gini. Kata Umma dia mau jagain aku. Tapi kenapa dia pergi?"
"Dis, dia pasti juga gak mau ninggalin kamu dan kita semua. Tapi ini sudah takdirnya. Sekuat apapun kita menyangkal, jika Tuhan sudah berkehendak, kita hanya bisa ikhlas." Husna menghapus air matanya Adis dan berakhir memberikan pelukan.
"Tapi, Na. Kenapa ini harus terjadi sama dia? Kenapa bukan aku saja?"
"Dis, kamu gak berhak kayak gitu." Kepalan jemari Adit mengeras dan air matanya lolos ketika ia mendengar kalimat saudarinya.
"Kamu boleh bersedih karena kehilangan dia. Tapi kamu gak berhak berucap seperti itu. Jangan ucapin kalimat itu lagi. Sekarang, ayo kita pulang. Hujannya akan semakin deras."
"Ken, sekarang lo gak perlu minum obat itu lagi. Pastinya sekarang lo udah dipeluk sama nyokap lo kan? Dan lo gak perlu takut sama petir lagi. Salam ya sama nyokap lo." Leo mengatakan kalimat ini sebelum ia pergi meninggalkan rumah barunya Kenan.
Disaat semua orang pulang dan menghindari hujan, Adit menghiraukan dinginnya air hujan demi untuk mengunjungi seseorang.
Bunga matahari yang layu terkena air hujan tetap terlihat menawan ditangan kekar Adit.
"Assalamualaikum.."
"...."
"Dingin ya, Ra?"
"Aku bawa bunga kesukaanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAN [END]
RomanceKenan dan Adis berteman sejak di bangku TK, mereka berpisah saat kelulusan Sekolah Dasar. Lalu kembali dipertemukan di satu SMA dan kembali berteman dengan baik. Namun, pertemanan mereka tidaklah murni. Mereka saling menyimpan perasaan sayang dan ci...