Kebiasaan yang sudah mendarah daging dalam diri Kenan adalah pergi ke club. Tak perlu seberat apapun maslah yang Kenan alami, tujuannya selalu ke club malam.
Ia akan menghabiskan beberapa gelas alkohol dan setelahnya ia pergi balapan.
Malam ini ia kembali mendapatkan uang hasil dari balapan. Pagi ini ia terlalu malas untuk berkutik dengan pendidikannya.
"Mas Kenan gak berangkat sekolah?" Tanya Nur.
"Males, Mbak" jawabnya.
Kenan melahap sarapan yang sudah dibuatkan Nur selaku ART di rumahnya.
"Nyonya tadi nelfon, Mas. Dia mau pulang sama Bapak nanti malam." Jelas Nur.
"Masa bodo, Mbak. Mau pulang, engga, hilang, hanyut, aku gak peduli." Setelah berucap, Kenan langsung membawa segelas susunya ke atas.
Sesampainya di kamar, ponselnya berdering.
Melihat nama yang tertera di layar ponsel, sorot matanya berubah seketika.
Satu kali panggilan ia abaikan. Menikmati suasana pagi di balik jendela menjadi kebiasaan Kenan dari ia tinggal di rumah ini.
Tanpa terasa, sudah ada 8 kali panggilan dari orang yang sama di ponsel Kenan. Kenan yang geram, hendak menonaktifkan ponselnya. Namun, niatnya itu ia urungkan. Karena orang tersebut kembali melakukan panggilan.
Akhirnya Kenan mengangkatnya.
"Hmm?"
"Kenapa kamu gak akat telfon mama?" Tanya seseorang di seberang.
"Udah gue bilang berapa kali sih, KALAO LO ITU BUKAN NYOKAP GUE. STOP IKUT CAMPUR URUSAN GUE. URUSIN AJA SUAMI LO ITU." Bentak Kenan.
"Kenan, jangan ngomong gitu. Itu ayah kamu."
"Apa lo bilang? Ayah? Sorry, gue gak bisa nyebut dia ayah. Karena dia dan lo, nyokap gue harus menderita. JADI, JANGAN PERNAH LO BERDUA MUNCUL DI HADAPAN GUE." Kenan benar-benar sudah muak mendengar suara wanita itu.
"Dan satu lagi gue peringatin ke, lo. Jangan pernah nyentuh Adis sedikit pun. Kalau lo nyentuh dia, apalagi sampai nyakitin dia, nyawa lo detik itu juga akan melayang di tangan gue. PAHAM?!!!!"
Setelah itu, Kenan mematikan sambungan telfonnya.
Amarah yang tak terbendung, tak sadar ia melemparkan gelas yang masih berisi susu ke tembok dan menimbulkan suara menggelegar.
Nur segera menuju kamar untuk memeriksa apa yang terjadi pada Kenan. Tak lupa ia memanggil Roni yang hari ini masuk untuk membersihkan kebuh depan rumah. Untuk membersihkan kebun, Roni hanya masuk seminggu 2 hari sekali. Namun begitu, ia sudah bekerja dengan keluarga Kenan sangat lama.
"Roniii!!! Mas Kenan di atas!!" Teriak Nur.
Roni yang mendengar itu langsung lari menyusul Nur ke lantai atas.
Ketika Nur masuk kamar, ia sudah melihat beberapa pecahan kaca bertaburan di lantai. Yang menjadi ketakutannya bukan itu, tapi ia sudah melihat tangan penuh darah dari Kenan. Kenan menggenggam erat pecahan gelas hingga membuat tangannya luka.
"Mas Kenan!!" Nur menangis dan berlari ke arah Kenan.
Roni juga ikut kaget melihatnya.
"Roni, ambil kotak P3K di laci, cepat!!" Perintah Nur.
Roni segera menggeledah laci di kamar Kenan dan mencari kotak P3K.
Kemudian Roni turun mengambil air minum untuk Kenan.
Dengan telaten, Nur membersihkan dan mengobati luka Kenan.
"Kalau nyonya telfon, gak usah diangkat, Mas. Mbak Nur ga tega liat Mas Kenan luka kayak gini. Nanti Mbak Nur telfon nyonya deh, Mas. Biar besok-besok itu nelfonnya ke Mbak Nur aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
KENAN [END]
RomanceKenan dan Adis berteman sejak di bangku TK, mereka berpisah saat kelulusan Sekolah Dasar. Lalu kembali dipertemukan di satu SMA dan kembali berteman dengan baik. Namun, pertemanan mereka tidaklah murni. Mereka saling menyimpan perasaan sayang dan ci...