HAI-HAI
ATAPU YANG UDAH MAMPIR!🥰
lagi, haii aku SateBotak
Kalian bisa manggil aku, Shera.
Kita anggap ini permainan. Kalau kamu baca cerita ini cuma setengah berarti gagal. Kalau sampe ending, kamu menang.
Komen di sini "start"
Nanti di ending kamu komen "finish"
Are you ready?
ATAPU UNTUKMU
🎂🎂🎂
"Mama, Papa mau kemana? Kenapa Papa naik mobil ngga ngajak, Mama?"
Seorang bocah laki-laki berusia lima tahun tengah dibuat bingung oleh kedua orang tuanya. Malam-malam sekali ia terbangun dari tidur lelapnya karena bising keributan yang diciptakan orang tuanya. Anak itu menarik-narik ujung baju yang dikenakan Bundanya sembari terus bertanya.
"Diam, kamu, anak sial!"
Senala--wanita berumur tiga puluh tahun yang merupakan ibu dari bocah itu menepis tangan anaknya dengan kasar. Dia meraih koper yang berisi baju anaknya itu lalu menarik tangan putranya menuju mobil saat mobil suaminya sudah keluar dari pekarangan.
"Mama! Mama mau bawa aku kemana?" seru bocah itu dengan rasa takut di dalam dirinya.
"Kamu tinggal di rumah Tante Keyya. Mama ngga sudi tinggal bareng anak dari laki-laki setan itu!" ketus Senala seraya terus menarik tangan putranya.
"Aku salah apa, Ma? Kenapa Mama benci aku? Mama! aku mau sama Mama!" Bocah itu terus memohon namun tidak ada tanda dari Senala untuk peduli.
"Diam, dan cepat masuk!" tegas Senala lalu memasukan putranya ke dalam mobil. Setelahnya dia masuk di kursi kemudi.
Sepanjang jalan di dalam mobil, anak itu hanya diam menuruti kata ibunya. Mata anak itu berkaca-kaca. Dia masih kecil, dia belum mengerti banyak tentang apa yang sedang ia rasakan sekarang. Tapi yang ia tahu, ibunya tidak menginginkan kehadirannya lagi. Dalam hati dia terus berteriak,
"Kenapa mama benci, aku? Aku anak mama..."
🎂🎂🎂
"Gerah!"
Seorang remaja laki-laki berumur enam belas tahun itu melempar tasnya begitu saja di atas sofa yang berada di kamarnya. Dia melepas dasi yang terasa mencekik lehernya itu lalu meletakkannya di atas meja belajar. Cowok itu melepas dua kancing atas seragam putihnya, kemudian berjalan ke arah balkon kamar. Dia menatap hamparan langit cerah yang begitu indah dengan warna birunya. Namun cuaca cerah itu sama sekali tidak bisa mewakili perasaannya sekarang ini. Tidak ada segaris senyum pun di wajah tirus itu.
Tadi, di sekolahnya sedang diadakan acara pengumpulan wali murid. Semua orang tua temannya datang untuk menghadirinya. Tapi dia? dia hanya diam di pojokan kelas dengan ingatan yang kembali dimasa lalu. Sungguh malang nasibnya, tapi dia tidak pernah sekalipun menyalahkan takdir. Baginya, cukup jalani dan rasakan. Tidak lebih.
"Ini angin ngga ada niatan buat ngipasin gue apa, ya?"
Sesaat kemudian angin mulai berhembus menerpa rambut halus milik cowok itu. Dia memejamkan mata merasakan sejuknya angin yang menjadi obat setiap dia merasa kepanasan sepulang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atapu Senja (Terbit)
Teen FictionSudah terbit + part masih lengkap "Ada kesempatan untuk yang berusaha." -Atapu Lembiru. "Jika diremehkan, berarti ada peluang membuktikan." -Lentara Senja. Bagaimana perasaanmu jika selalu dikenal bodoh oleh warga sekolah hanya karena sering membolo...