Atapu 64. Tentang Atapu selalu disuka

685 58 2
                                    


Hai

Akan ada perbaikan nama, ya. Aku juga satu-persatu akan merubah nama tokoh yang menurut ku terlalu sulit disebut dan sudah banyak penggunanya💗

Satebotak akan berusaha menghasilkan nama tokoh unik, contohnya Atapu Lembiru.

oh, ya, sejauh ini kamu mengenal tulisan satebotak dgn identik apa? Capslock?😭🙏

🚂🚃🚃🚃

Berbalut kemeja putih yang dibuka dua kancing atasnya menampakkan kalung berliontin bintangnya, kalung yang bergelantungan saat dirinya membungkuk memeriksa motor. "Apa nggak matang, ya, telurnya?" lontar Loka bertanya-tanya.

"Cepuin Biru, euy. Bama pelakunya," jari telunjuk Tedi mengarah ke Bama yang berjongkok ikut memeriksa motor Loka.

Bama melotot melempar sebelah sepatunya kemudian pada Tedi. "Lo yang ngajak gue rebutan telur!" balasnya tak ingin kalah.

"Kan gue mau makan, Lo ngambil telur satu-satunya di dapur," cecar Tedi mencari pembelaan.

"Duluan gue, kan? Terus Lo narik-narik sampai keluar, gara-gara Lo telurnya lepas landas ke mesin panas motornya Loka yang jelas-jelas baru sampe di sini." Lagi, Bama tidak akan pernah mengalah, mungkin?

"Gue harus misahin bentuk apa lagi?" sahut Zeno memijat pelipisnya pening melihat dua kakak beradik yang selama ini selalu dia penengahnya meskipun berujung Zeno ikut terbawa juga.

Sementara dua remaja laki-laki sisanya setia bersantai di atas dipan kayu yang berhasil mereka buat bersama beberapa hari lalu. Ukurannya yang besar memuat bocah Tirga itu dengan berbagai gaya, berbaring, duduk, dan tengkurap.

"Bocil duri Biru kayak kurang asupan gitu." Melihat kaktus yang sudah tertempel nama Atapu Lembiru di pot, Detova turun lalu mencari kayu untuk ia tancapkan di pot Atapu sebagai alat untuk menegakkan kaktus itu kembali.

"Ken," panggil Detova berjongkok di depan para kaktus.

Tidak ada sahutan dari manusia yang memangku kucing.

"Kendajas," lagi, Detova memanggil.

Masih sama, hanya ada suara gaduh Bama dan Tedi.

"HAN KENDAJAS!" pekik Detova lantaran kesal pada manusia yang selalu mendapat julukan 'bisu tampan milik si kucing'.

Kendajas menoleh. "Berisik, ayam." Lihat, kebiasaannya menjuluki siapa saja yang mengganggu masih belum luntur.

"Dosa nggak sih jual temen?" decit Detova dengan menahan diri untuk tidak menyeret Kendajas. "Pinjem karet poni Lo buat kaktus Biru," ujarnya kemudian.

"Minta namanya," balas Kendajas menatap datar Detova. Wajah menyebalkan Detova saat menginap di rumahnya masih ada di file kepalanya.

"Iya-iya, kalo nggak boleh Lo digorok Biru, mau?" ucap Detova menakut-nakuti meskipun tahu percuma untuk seorang Han Kendajas

Kendajas melepas karet rambut yang selalu terpasang di poninya saat gerah seperti siang ini. Dia memberikannya lalu berbaring dengan bantalan satu tangannya, tangan yang lain memegang Lautan yang berada di atas perutnya.

Deru motor yang mulai memasuki pekarangan mini house dominan dengan suara gaduhnya dari pemilik dua motor itu. Semua pasang mata kecuali Kendajas berpusat ke arah Atapu dan Lentara.

"GUE SEPAK, LO, TAR!" pekik Atapu kontan turun dari motornya dan mengejar Lentara yang berlari ke arah teman-temannya.

"Guys! Biru dilamar Kakak kelas!" Dengan jemari yang meninggikan cincin, kakinya terus berlari.

Atapu Senja (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang