Atapu 19. Kerbau ganteng

1K 99 8
                                    

HALOO ADIBOOO

ASSALAMUALAIKUM

Follow ig _wp.satebotak

aku baru post sifat-sifat Atapu dkk biar kalian ngga bingung waktu baca disini, maksudnya biar kenal lebih dalam gitu.

🚂🚃🚃🚃

Atapu melihat Lentara yang tengah duduk di kursi teras rumah minimalis nan sederhana yang terbuat dari kayu itu. Lentara yang menyadari kehadiran Atapu dan Jiro lantas menoleh lalu memalingkan mukanya lagi. Pandangannya terhadap anak kecil masih sama, tuyul menyebalkan.

"Kenapa lo benci anak kecil?" tanya Atapu lalu berjongkok di samping Lentara. Sementara Jiro duduk di pangkuan Atapu.

"Nggak benci, cuma nggak suka," balas Lentara tanpa melirik sedikit pun. Dia hanya menatap hamparan rumput liar yang memanjang di halaman rumah.

"Kenapa?"

"Tuyul, vampir. Mereka gigit, gue nggak suka." Lentara bergidik saat teringat waktu ia digigit oleh bocil di rumahnya yang dulu. Meski gigi anak itu kecil, tapi cukup sakit bagi Lentara yang masih berusia tiga belas tahun.

"Nggak semua anak sama," lontar Atapu. Dia harap Lentara juga menyukai anak kecil.

"Sama aja. Nyebelin, kayak anak tetangga gue dulu. Persis tuyul, kayak noh." Dagu Lentara sedikit terangkat menunjuk ke arah Jiro yang menatap polos ke arahnya. "Apa, lo! Gue colok mata lo, mau?!" Lentara sedikit meninggikan suaranya.

"Gue pastiin lo akan suka anak kecil. Entah kapan, dan berapa lama waktunya, gue yakin lo pasti suka, Lentara Senja." Atapu kembali masuk ke dalam rumah. Dia mengajak Jiro keluar bukan untuk melihat bintang, melainkan menengok Lentara untuk memberinya pertanyaan.

"Ck, manusia aneh!" hardik Lentara.

🚂🚃🚃🚃


Lentara terus mengawasi Jiro yang tengah bermain tanah di halaman itu dari jarak jauh. Kalau bukan karena Atapu berpamitan untuk mandi, Lentara tidak sudi mengawasi anak itu. Tujuannya ke kampung ini untuk healing, sebab Atapu mengatakan juga mereka akan keliling kampung. Cewek itu duduk di atas batu bata dengan tangan yang memeluk kaki.

Semilir angin sejuk seiringan dengan turunnya embun yang membasahi rerumputan dan daun-daun pepohonan menambah suasana dingin pagi hari di kampung ini. Matahari yang baru memunculkan wujudnya setengah membuat sinar hangatnya menerangi pelosok negeri. Burung-burung kecil yang bersiap mencari makanan di sawah, dan ayam-ayam yang berkumpul untuk menantikan majikannya memberi makanan. Semua hal itu tidak pernah Lentara lihat saat di komplek kota.

Lentara mengendus bau harum sabun di sekitar. Gadis itu menoleh lalu mendapati Atapu yang sedang berjalan ke arah mobil dengan kaos dalam putih juga handuk yang masih melekat sebatas pinggang. Rambut cowok itu masih basah membuat air membasahi pelipisnya.

"ASTAGFIRULLAH, ATAPU!"

Pekikan dari Lentara membuat orang yang diteriaki terlonjak kaget. Sontak Atapu menoleh dengan tatapan yang menyorot tajam ke arah Lentara.

"Lo sekali aja nggak teriak, bisa?" tanya Atapu dengan nada penuh penekanan.

"Lagian lo keluar make begituan, bajuan dulu, susah?" tanya Lentara balik.

"Baju gue di mobil, puas?" Tanpa memperdulikan ucapan Lentara lagi, Atapu membuka bagasi mobilnya untuk mengambil baju miliknya.

Atapu Senja (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang