Setelah berkunjung ke panti asuhan, Atapu lebih memilih untuk pulang saat melihat jam pada layar ponselnya menunjukan pukul 20:56. Apalagi panggilan keluar dari Bi Lida semakin membuatnya cemas juga takut yang mendominasi. Pasalnya Atapu berpesan pada ART rumahnya itu untuk menelpon jika Gama pulang lebih dulu.
Dengan kecepatan bermotornya, akhirnya Atapu sampai di rumah. Benar saja dugaanya, kini Gama sudah berdiri di ambang pintu dengan tangan berkacak pinggang. Pria itu masih mengenakan pakaian formal namun rambut yang tadi pagi terlihat rapi kini terlihat lusuh dan acak-acakan. Atapu duga pasti karena Gama mengacak-acaknya sendiri.
Umurnya memang sudah mencapai tiga puluh delapan tahun, tapi jiwanya masih muda. Bahkan wajahnya masih layak untuk mendapat istri kedua bahkan ketiga. Ah, Gama pria baik.
Atapu melepas jaketnya untuk sekedar menjadikannya perisai jika pria itu bertindak. Cowok itu melangkah mendekat. Jujur, daripada harus berhadapan dengan Gama, Atapu lebih memilih berhadapan dengan tujuh musuhnya.
"Dari mana?" tanya Gama dengan sorot mengintrogasi.
"Main, Om," balas Atapu.
"Jalan sama cewek, 'kan?" tebak Gama. Inilah hal yang disungkankan Atapu jika berhadapan dengan Gama.
"Kolor bapakmu!" umpat Atapu tak tertahan.
Plak!
Jika berfikir Gama menampar Atapu, maka salah. Karena bunyi tadi berasal dari tepukan tangan Gama yang membunuh nyamuk biadab yang tidak tau sopan seenaknya hingga di pipinya.
"Psycho."
"Sama nyamuk doang. Cepat ganti baju terasimu itu, dan ikut saya," pinta Gama seraya mencabuti kaki-kaki nyamuk yang sekarang sudah sekaratul mau di telapak tangan Gama.
Atapu melangkah masuk ke dalam rumah dengan bernafas lega. Jaket yang sejak tadi ia pegang, kini ia sampirkan di pundak. Tapi tiba-tiba sebuah tangan menarik pundak Atapu lalu mengacak-acak rambutnya secara brutal tanpa ampun hingga membuat rambut yang semula rapi kini berdiri seakan habis tersengat listrik. Tidak salah lagi, Gama pelakunya. Hal yang sejak tadi Atapu takutkan terjadi. Sebab itu dia melepas jaket untuk melindungi kepalanya, tapi urung saat Gama berbicara santai.
"GAMALUDIN!" kesal Atapu saat melihat sang pelaku sudah berlari ke arah dapur, yang ia yakini pasti akan membuat kopi. Ya, pria itu tidak terima jika kopi dibuatkan oleh ART, karena takut sang istri cemburu. Maka dari itu dia jika di rumah pasti membuat minuman sendiri. Tidak tahu jika di luar.
Disela larinya Gama meledakkan tawa puas karena rencananya berhasil. Membuat Atapu kesal adalah obat kelelahannya sepulang dari bekerja. Dan julukan 'Gamaludin' pasti akan keluar dari mulut Atapu.
"BIBI! SEMBUNYIIN GULANYA!" pinta Atapu memekik. Tahu dengan maksud Atapu, Bi Lida yang berada di dapur pun langsung menyembunyikan gula di belakang kulkas. Atapu yang mengajarinya untuk menyembunyikan sesuatu di belakang kulkas. Karena menurutnya, seseorang akan enggan mencari benda di area seperti itu.
"Mau nyembunyiin di mana Bi?"
Suara dari Gama membuat Lida terperangkap. Di sini jika dia tidak memberikan gula itu pada Gama, gajinya bisa saja dipotong. Tapi disisi lain jika dia memberikan gula itu, Atapu tidak akan mau bercanda dengannya lagi. Bimbang. Itulah yang Lida rasakan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atapu Senja (Terbit)
Teen FictionSudah terbit + part masih lengkap "Ada kesempatan untuk yang berusaha." -Atapu Lembiru. "Jika diremehkan, berarti ada peluang membuktikan." -Lentara Senja. Bagaimana perasaanmu jika selalu dikenal bodoh oleh warga sekolah hanya karena sering membolo...