"Ngambek."
Atapu mendudukkan dirinya di kursi tempat bangkunya yang berada di belakang bangku Lentara. Cowok itu mengambil karet gelang yang ia ambil dari rambut Kendrick. Kendrick memang suka menguncir poni rambutnya layaknya pinguin dalam kartun saat merasa gerah, bukan mengambil buku lalu mengipasi tubuhnya.
"Kata gue, lo sok asik," ketus Lentara. Dia tahu jika perkataan yang dilontarkan Atapu itu untuknya.
"Iya, khusus buat lo," balas Atapu seraya mengambil rambut Lentara yang dikuncir kuda oleh pemilik. Kemudian tanpa seizin Lentara, cowok itu mulai membentuk simpul yang biasa disebut kepang.
Lentara yang merasakan rambutnya dimainkan pun sontak balik badan, dan—
Plak!
"AADUH!"
—Lentara menempiling kepala Atapu tanpa perasaan sedikit pun.
"Lo mau motong rambut bak Rapunzel ini, ya!" tuduh Lentara dengan lantang.
"Dasar cewek tegaan! Gue mau ngepang rambut, lo!" balas Atapu dengan tangan yang masih mengusap-usap kepalanya yang terasa panas dan berdenyut.
"Y-ya, lo ngga bisa gitu dong! Rambut gue udah gue rawat seperti Rapunzel!" cecar Lentara dengan mata yang bergerak kesana-kemari seperti tak berdosa.
"Rapunzel, Rapunzel, pantat dugong." Atapu yang kesal itu langsung menyenderkan punggung pada kursi. Kemudian cowok itu menjepretkan karet yang sejak tadi melingkar di jarinya pada tembok. "Dia yang ngotot biar akrab, giliran gue yang ngasih effort malah ditempiling." Cowok itu terus menggerutu tanpa didengar oleh siapapun.
Lentara menampilkan bibir julidnya—bibir atas yang terangkat sebelah. Sungguh, cowok itu seperti anak kecil yang tidak diajak Ibunya berpergian.
Lentara menoleh pada kerumunan yang ia tinggalkan tadi—kelas bagian belakang yang terdapat murid-murid pemalas dan murid yang sekedar untuk ikut bergurau.
Kerumunan itu menatap ke arah Atapu yang mengerucutkan bibir seraya mencoret-coret meja."Kiyowok!"
HUEEKK!
Satu lontaran dari salah satu perempuan di kerumunan itu membuat Lentara mengeluarkan suara seperti tengah mual.
"Ehehe." Atapu yang melihat respon yang seharusnya dia anggap menyebalkan malah membuat cowok itu terkekeh.
Lentara melempar tatapan sinis yang bergerak naik turun pada Atapu. Bibirnya pun juga tak tinggal diam, terangkat sebelah. Kemudian cewek itu kembali menghadap depan saat ponselnya berdering.
"Sumpah, nih cewek julid ngga ketulung," sindir Atapu.
"Lo di mana, wahai permaisuri," tanya Viazel di sebrang sana.
"Lo mulai rabun kayaknya," ketus Lentara. Seharusnya sahabatnya itu tahu dia berada di mana saat melihat background. Sebab mereka tengah melakukan vidio call bukan telepon.
"Oh, di kelas. Kata lo mau maling mangga? Lihat, kita semua syudah merasakan kesegeran dan kemanisan dari mangga ini, Tar." Viazel menggerakkan ponselnya menghadap ke teman-temannya yang tengah memakan dan mengupas kulit mangga. Ralat, memukulkannya pada batang pohon mangga.
Tut..tut..tut..
Lentara sontak memutus sambungan itu saat teman-temannya dengan tega memamerkan mangga yang menggiur mulut. Andai tadi pagi tetangganya itu tidak menggagalkan rencananya, mungkin dia sudah menikmati mangga bersama teman-teman geng motornya. Saegana gang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atapu Senja (Terbit)
Teen FictionSudah terbit + part masih lengkap "Ada kesempatan untuk yang berusaha." -Atapu Lembiru. "Jika diremehkan, berarti ada peluang membuktikan." -Lentara Senja. Bagaimana perasaanmu jika selalu dikenal bodoh oleh warga sekolah hanya karena sering membolo...