Atapu 22. Tombak tajam

984 95 15
                                    

HALO HAI ADIBO KAKAK KAKAK💐

Lopeknya sini :

maafin lama updatenya, sebab ku lg ujian dan mau nurutin kemauan emak😘

ditegaskan kembali, satebotak tidak pande dalam hal perbucin, jd jgn terlalu berharap ada hal yg bikin saltong and salting apala itu😓🙏

SELAMAT BERLABUH DI PELABUHAN NONA PERI🧚

🚂🚃🚃🚃


Seperti saat mereka sampai di kampung. Atapu, Lentara, juga Jiro akhirnya sampai di halaman rumah Atapu pada malam hari tepatnya pukul 19:35. Atapu ingin segera turun lalu istirahat di kamarnya, namun justru perasaannya dibuat jengkel lagi-lagi oleh Lentara. Jiro tidur di pelukan Atapu? Wajar. Tapi Lentara? Dengan pulasnya dia masih tertidur disaat Atapu tidak bisa tidur.

"Heran, hobi banget turu di mobil," desis Atapu kemudian turun saat pintu mobil dibukakan oleh sang sopir.

Atapu memberikan Jiro ke Bi Lida yang sudah menunggu di dekat mobil bersama Keyya. Sementara Gama mungkin masih berada di kantor.

"Pak, tolong angkatin semua barang di bagasi," pinta Atapu pada sopirnya.

Kemudian Atapu berjalan ke arah pintu mobil tepat di kursi yang ditempati Lentara. Atapu membuka pintu itu perlahan berniat mengagetkan gadis itu. Saat pintu itu terbuka lebar, kepala Lentara yang sedari tadi bersender pada pintu akhirnya limbung ke perut Atapu.

"Buset, macam anak monyet." Tangan Atapu reflek memegang kepala Lentara agar tidak terjatuh.

Hal itu mampu membuat niat jahil Atapu urung begitu saja. Atapu berfikir Ibu Peri sudah membisiki telinganya untuk tidak berbuat jahil yaitu mengagetkan Lentara.

"Ata!" panggil serempak orang tua Lentara yang baru saja datang. Wajar saja mereka datang tiba-tiba, sebab rumah mereka bersebalahan hanya terhalangan pagar. Pun karena sang putri baru saja pulang dari kampung.

Atapu terjingkrak kaget, lalu menoleh. "Om, Tante, beban bernafas kalian tidur," ujar Atapu gamblang.

Mereka yang mendengar penuturan kata Atapu langsung terkekeh geli.

"Ya sudah, kamu hantar saja ke rumah. Berat badan Lentara tidak berat juga," pinta Sandi dengan alis yang naik turun entah maksudnya apa Atapu tidak tahu.

"Tante, Om Sandi genit ke Ata," lontar Atapu membuat Sandi gelagapan.

"Astaga, Om hanya memintamu mengantar Senja ke rumah, Ta." Sandi hanya bisa senyum tertekan.

"Antar saja, Ta. Kata kamu dia beban kami, bukan? Jadi biarkan kami bebas darinya sebentar," sahut Terin—Mama Lentara, istri Denis.

"B, bukan itu maksud Ata."

Sial. Berniat jahil justru membuat Atapu terjebak dalam situasi ini. Tidak ada pilihan lain selain menuruti perintah dari suami istri itu. Lagipula, Atapu sudah berjanji untuk menjaga Lentara. Mengantar sampai rumah juga termasuk menjaga, bukan?

Atapu dengan berat hati mengangkat tubuh Lentara untuk ia gendong ala bridal style. Sandi bohong, buktinya tubuh Lentara cukup berat. Lantaran tubuh Atapu termasuk bisa dibilang kurus?

"Oemjih, cocok!" seru Sandi yang langsung mendapat pukulan ringan dari Terin. [Terin, jangan dibaca Teri. Pelafalan e-nya beda]

Atapu yang paham maksud Sandi hanya bisa memutar bola mata malas. Bisa-bisanya Ayah dari Lentara itu mengatakan hal yang dari dulu membuat Atapu geli. Sementara Atapu difase berat ringan tanggung sendiri, menggendong Lentara.

Atapu Senja (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang