HALLO ADIBO
PA KABAR?
udah ujian atau masih mau ujian?
Semangat Kakaodahh gosah basa basi langsung baca ae
🚂🚃🚃🚃
Matahari hampir berada di tengah, membuat hari semakin panas. Semua makhluk hidup pada jam ini sangat membutuhkan hembusan lembut nan menyejukan dari sang angin. Tapi tidak berlaku bagi Lentara yang sibuk dengan bebek yang berada di dalam kandang kecil. Gadis itu kini berada di dalam mobil sembari menunggu Atapu berhasil membujuk Jiro untuk diajaknya pulang.
"Mmm... Kamu, aku kasih nama Dulo." Lentara mengucapkan kalimat itu dengan antusiasnya.
"Dulo, nanti sampe rumah kamu harus kenalan sama Udin. Dia warna cokelat, jangan kamu bully karena kamu putih, ya?"
Brak
Suara benturan pintu mobil yang ditutup itu berasal dari Atapu. Setelah satu jam lebih membujuk Jiro, akhirnya anak berusia tiga tahun itu luluh. Lentara menoleh di mana Atapu duduk dengan memangku Jiro. Sementara Atapu membuka kaca jendela mobil agar Jiro bisa melihat Paman serta Bibinya saat mobil yang ia naiki mulai berjalan.
"Say goodbye, Ro," titah Atapu meskipun tahu Jiro tidak akan bisa mengucapkannya.
"Yay gubay." Tangan mungil anak itu melambai ke arah Paman dan sang Istri yang telah melepaskan Jiro untuk pergi bersama Atapu.
Mobil itu mulai melaju meninggalkan pekarangan. Atapu kembali menutup kaca mobil menjadi setengah, mungkin Jiro tidak akan betah dengan AC mobil. Jadi lebih baik udara dari luar dibiarkan masuk saja.
"Jiro, pinter." Atapu mencubit pelan pipi gembul milik Jiro sangking gemasnya.
Sementara Lentara kembali sibuk dengan bebek berwarna putih bersih yang ia beri nama Dulo. Entahlah, Atapu sampai heran saat melihat Lentara mengobrol dengan hewan unggas itu dan hanya bisa bergeleng kepala.
"Lebih baik lo jauhin tuyul itu dari gue, atau gue bisa berbuat nekat," peringatan Lentara tanpa menoleh sedikitpun saat merasa kalau Jiro turun dari pangkuan Atapu dan beralih duduk di tengah-tengah Atapu dan Lentara.
"Jangan terlalu kasar sama anak kecil, Tar. Lo juga pernah jadi anak kecil, pasti tahu rasanya kalau kita ngajak main orang dewasa malah ditolaknya hanya dengan alasan malas, malu udah gede, dan nggak suka anak kecil." Atapu memandang Lentara yang tengah memandang keluar jendela.
"Gue sama lo jelas beda. Gue paling benci kalau dibeda-bedain," balas Lentara masih di posisi yang sama.
"Kenapa? Biasanya seseorang yang ngomong itu, masalahnya ada dikeluarga. Ayah atau Bunda lo, hm?" tanya Atapu dengan sorot teduh. Sangat berbeda dari tatapan tajam yang selalu Atapu lempar ke Lentara.
Lentara menoleh, menatap Atapu kemudian turun ke Jiro. "Ta, buang nih tuyul deh, jorok banget."
"TARA!" Atapu menjitak kepala Lentara geram. Ia kira Lentara akan benar-benar serius dan menjawab pertanyaan, tapi ternyata ekspektasi tentang Lentara yang bisa lebih serius itu harus dibuang jauh-jauh.
"Lo kira nggak sakit, hah?!" Lentara mengusap-usap kepalanya yang terasa seperti dipalu oleh hakim.
"Lo ngeselin, mending gue belajar buat cerpen. Nih kakel dari tadi nyepam mulu." Atapu membuka aplikasi serba tahu di ponselnya, kemudian mengetik 'cara membuat cerpen dengan singkat'. Sedikit aneh, tapi ini benar-benar dibutuhkan Atapu. Ancaman kakak kelasnya kemarin lusa ternyata masih berlaku, bisa dilihat dari kakel itu yang terus menyepam aplikasi Instagramnya. Mungkin ia mengetahui akun milik Atapu dari akun kelas Atapu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atapu Senja (Terbit)
Fiksi RemajaSudah terbit + part masih lengkap "Ada kesempatan untuk yang berusaha." -Atapu Lembiru. "Jika diremehkan, berarti ada peluang membuktikan." -Lentara Senja. Bagaimana perasaanmu jika selalu dikenal bodoh oleh warga sekolah hanya karena sering membolo...