ASSALAMUALAIKUM ADIBO😁
apa kabar?
Maapin ya lama up-nya, aku full kegiatan Minggu ini. Yang lain libur aja aku berangkat 😘 biasa orang penting, gaada aku masyarakat Indonesia kurang satu.
SELAMAT MOCO REK😏🙏
🚂🚃🚃🚃
Usainya satu ujian mata pelajaran ditutup dengan bel istirahat. Hari ini memang hanya dua mata pelajaran, dan setelah istirahat adalah matematika. Sebab itu Tirga memilih tetap di kelas berkutat dengan buku daripada menghabiskan waktu di kantin.
Mereka tidak mungkin sepenuhnya dengan buku. Kebetulan salah satu siswa MIPA 3 membawa sound system kecil. Jangan heran, MIPA 3 memang terkenal bersama kegilaannya. Alhasil, Tirga menggunakan alat itu untuk selingan belajar. Pening juga jika harus melihat rumus.
"ANGKAT KETEKNYA!"
"SIAPIN BOKONGNYA!"
"PUTAR GINJALNYA!"
Riuh itu mengiringi DJ yang mulai berputar. Tak bisa dipungkiri, momen ini begitu mengasikkan. Mereka terus meliuk-liukkan bokong, menggoyangkan kepala, dan bergerak yang biasa disebut encok oleh Tedi.
"Good job.... Good job.... Asek!" Sagar, lelaki bertubuh tinggi menyandang status Pradana itu melompat-lompat heboh dengan tangan yang meninju udara.
Atapu tengah meniup isi pena macet itu sudah pasrah karena kegiatannya hanya membuat nafasnya tersumbat. Ia kemudian mencari jalan lain dengan memukul-mukulkan isi pena itu ke meja. Tanpa sadar, mulutnya juga ikut bernyanyi.
"Ay ay ay pak Somat beli kolor~~"
"Gug gug gug wowa yu!"
Detova yang mendengar lantunan suara dari Atapu lantas menoleh. Dilihatnya, bokong cowok itu sudah meliuk-liuk dengan tangan sibuk memukulkan isi pena pada meja. Lagu yang dinyanyikan Atapu begitu familiar, tapi bukan pak Somat yang ia dengar. Entah siapa yang salah.
"HALO EVERYONE! Bocah solehot dan bahenol pembawa kedamaian datang!"
Itu suara Lentara yang baru saja kembali dari perpustakaan. Sebetulnya dia kembali ke kelas secara diam-diam meninggalkan ketiga temannya di tempat penuh buku itu. Pasalnya, mulut gadis itu sulit untuk diajak diam, sementara di perpustakaan suara dilarang.
Tirga sontak menoleh pada Lentara.
Lentara balas menatap. "Kenapa?" tanyanya lantaran tatapan dari delapan orang itu begitu mencurigakan.
"Lo beneran jenglot?" tanya Tedi. "Kata Biru lo berubah jadi jenglot," lanjutnya menunjuk pada cowok yang sudah gelagapan. Ingin sekali Atapu melakban mulut penuh ceplos milik Tedi.
"ATA KAMBENG!"
Atapu gesit naik ke atas meja, mencari perlindungan dari manusia bar-bar yang ingin baku hantam dengannya. "Bukan, Tar. Maksud gue— WOI! JANGAN DITARIK!" Atapu panik bukan main tatkala Lentara menarik celananya. Cowok itu memegang sabuknya agar tetap kencang.
"Buka sangkarnya! Bebasin burungnya!" seru Bama ikut gregetan.
"Tarik, Len! Jangan kasih kendor!" timpal Zeno seraya memukul-mukul meja.
"BAMA! ZENO! Kalian betul mencerminkan remaja yang nggak di akikah!" damprat Atapu masih semangat mempertahankan celananya. Selama ada Lentara di dekatnya, jangan harap harga diri tetap terjaga di depan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atapu Senja (Terbit)
Teen FictionSudah terbit + part masih lengkap "Ada kesempatan untuk yang berusaha." -Atapu Lembiru. "Jika diremehkan, berarti ada peluang membuktikan." -Lentara Senja. Bagaimana perasaanmu jika selalu dikenal bodoh oleh warga sekolah hanya karena sering membolo...