Atapu 47. Atapu dan got

717 54 12
                                    

ASSALAMUALAIKUM

Absen hadir dulu BOOO :

Kamu tau cerita ini dari mana?

Jangan lupa untuk share Atapu Senja supaya yang lain bisa gabung baca, ya!😁🌷🌷

🚂🚃🚃🚃


Setelah lama berkendara tanpa obrolan dua belah pihak akhirnya mereka tiba di pekarangan rumah Lentara. Ya, sedari tadi hanya Lentara yang mengoceh sementara Atapu tetap diam membisu meskipun sudah beberapa kali mendapat tampolan pada helm-nya.

"Gue mau main ke rumah baru, lo," ungkap Lentara dengan wajah memohon agar Atapu menunggunya sebentar untuk ganti baju.

"Nggak menerima anjing masuk," balas Atapu seraya menyalakan kembali motornya.

"Bangsat." Lentara hanya menampilkan cengiran menahan kesal. Tangannya sudah panas untuk menabok Atapu lagi.

"Gue mau ketemu sama orang tua, lo. Mau minta makan, boleh dong," ucap Lentara masih setia dengan cengirannya.

"Nggak punya makanan anjing." Setelah mengatakan itu, Atapu langsung melesat keluar pekarangan.

"SETAN, LO!" Lentara yang telah berhasil melepas sebelah sepatunya itu lantas melemparnya. Dia benar-benar tidak tahu alasan Atapu berubah dari pribadi gila menjadi jutek seperti awal mereka bertemu.

Lentara menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan otak mungilnya mulai memunculkan ide cemerlang. Bibir ranum itu melengkung dengan kepala yang mengangguk-angguk.

"Lo nggak boleh cuek sama gue," monolognya sebelum mengambil kembali sepatunya yang terlempar.

🚂🚃🚃🚃

Atapu yang sudah tiba di depan pintu rumah dan hendak membukanya itu terhenti saat suara bariton memanggilnya.

"Ata!"

Atapu balik badan. Tepat di atas motor, Laska juga baru pulang sekolah. Lelaki berlesung itu melepas helmnya kemudian turun dari motor. Ia mematri langkahnya ke arah Atapu dengan senyum yang selalu membuat Atapu tertular.

"Kakak."

Hanya satu kata tapi mampu membuat perasaan Laska seolah dibawa terbang setinggi-tingginya.

"Kirain belum pulang, malah udah sampe rumah duluan," ujar Laska seraya melonggarkan dasinya.

Mereka memang beda sekolah, jam pulangnya tentu juga berbeda namun terkadang sama.

Atapu terkekeh. Sungguh, melihat senyum Laska selalu membuatnya ikut tersenyum. Atapu tidak bohong, dia sampai sekarang masih menginginkan pipi berlesung seperti Laska.

"Sini." Laska mengambil alih tas milik Atapu.

"Eh, nggak usah, Kak. Gue bisa sendiri." Atapu hanya merasa tidak enak pada Laska. Semenjak kehadiran Atapu di rumah itu, Laska selalu memperlakukan Atapu sehangat dan senyaman mungkin.

"Pundak lo udah kecapekan." Tak mau memperpanjang, Laska segera menggendong tas Atapu di pundak kirinya yang sudah diisi oleh tasnya sendiri juga. Dia membuka pintu itu lalu melangkah masuk diikuti oleh Atapu.

Atapu Senja (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang