Atapu 54. Renggang?

718 66 25
                                    

ASSALAMUALAIKUM 😘

HOLAAA💗

yu yu adakah yang rindu bini jaemin ini?

hp ku abis rusak ketiban terompet😔

Kata temenku itu karma suka gantung pembaca, pdhl mah ga pernah ya kan?😁

ATAPU UNTUK YANG RINDU🍇🍇

🚂🚃🚃🚃

Sore telah menghampiri, menaungi rumah kecil dengan suasana yang tak pernah sunyi. Bising suara tidak pernah terhindari, delapan orang di dalamnya selalu turut mengisi.

Sepoi angin sore menelusup masuk melalui jendela, menjadi kipas alami untuk mereka yang gerah. Dengan sajian buku dan makanan ringan serta minuman kaleng. Dua hari lagi ujian berakhir. Siap tak siap mereka harus tetap tegap mendengar keputusan peringkat. Adakah perjuangan singkat yang sia-sia? Betulkah kesadaran terlambat bisa merubah yang awal?

"Kenapa enggak? Selagi niat Lo bulat, selagi tekad Lo kuat, dan usaha yang mengiringi terus Lo lakuin, gue yakin bisa." Itu suara Atapu yang baru saja sampai. Menyahut pertanyaan Tedi yang terkesan pesimis akan hasil yang akan ia dapat diakhir. Cowok itu berjalan mendekat, meletakan ransel tampak begitu beratnya di lantai, kemudian ikut duduk di sofa.

"Tedi ada benarnya, Biru juga benar. Tapi, gue juga takut akan ujung yang nanti mengecewakan," sahut Detova, menutup buku bacaanya.

Atapu tersenyum. "Kalau memang terlalu singkat, bisa diperpanjang lagi, bro. Nggak harus sekarang, ada kesempatan untuk manusia yang ingin berusaha." Atapu paham bagaimana isi benak teman-temannya. Dirinya juga sama, kesadaran akan nilai baru mereka pandang.

Dulu, Tirga selalu mementingkan keselamatan para murid korban perundungan. Rela membolos, bertengkar dengan guru, membuat keributan, itu semua murni demi manusia yang butuh sandingan. Sungguh, Tirga hanya ingin membantu, tak ingin membuat mereka yang terluka kesepian, merasa dikucilkan, apalagi direndahkan.

Semua laporan atas perundungan selalu dianggap tidak benar oleh semua orang. Semua itu karena sang pelaku adalah bintang sekolah sendiri. Tidak mudah membuat semua warga SMA Arenta percaya. Dunia selalu mementingkan bukti di depan mata daripada lisan yang dianggap tak benar adanya. Itulah yang membuat Tirga susah untuk memecahkan masalah.

"Kenapa, ya, temen yang waktu pertama ketemu gue kira jutek justru jadi temen gila. Yang sampe sekarang masih nemenin langkah gue," ujar Loka menatap binar ke arah Atapu.

"Gue sebetulnya cowok cool, cuma gara-gara Lentara jadi tetangga gue aja jadi ikutan gila," balas Atapu paham maksud perkataan Loka.

"Najis, Ru," cibir Bama.

Atapu tertawa.

"Eh, tapi betul, 'kan?" tanya Sagar. "Dulu, Biru nggak sehangat ini, dulu Biru nggak se-ngoceh ini, dulu Biru nggak se-receh ini. Yang tetep itu cuma galaknya," lanjutnya.

"Wajar. Guru BK-nya aja galak," sahut Loka terkekeh.

"BANGKE!" teriak Tedi kala ransel yang tidak sengaja Bama senggol menjatuhi kaki Tedi.

Bama sontak melotot lantas berjongkok guna melihat keadaan kaki Tedi. Air mukanya begitu kentara khawatir dengan kondisi adik angkatnya. Meski sering bertengkar, tugas Bama sebagai seorang kakak tidak pernah ia lewatkan.

"Maaf," lontar Bama kala melihat kaki Tedi memerah.

Tedi ikut duduk lesehan di samping Bama. Tedi itu tipe ketinggian gengsi, apalagi dengan Bama. Dia tidak ingin menampakkan kasih sayangnya, dia hanya akan membuat keributan saja. Berbanding dengan Bama.

Atapu Senja (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang