Mana nih, kumau liat berapa banyak yang sayang Nono sama Abang? 🙌
Vote dan komen yaaa biar makin semangat update nya 😚
****
Terbiasa menjadi anak tunggal selama belasan tahun tentu membuat Lijendra mencoba beradaptasi kembali dengan kehadiran baru dalam keluarga mereka. Dunianya selalu tenang, selalu damai, bahkan tidak pernah sekalipun ayah dan bunda mengganggu privasinya.
Dulu, pagi Lijendra sangatlah tentram. Tidak ada suara tangisan berisik yang memekakkan telinga atau apapun itu yang membuatnya ikut terjaga sepanjang malam.
Dunia Lijendra berubah seratus delapan puluh derajat ketika sosok mungil itu lahir. Dia sudah mengucapkan selamat tinggalnya dari hari-harinya yang tenang. Lijendra hanya perlu tersenyum tanpa perlu repot-repot menjelaskan bahkan jika orang-orang salah menilainya.
Misalnya seperti... beberapa wanita yang mengira dirinya adalah duda anak satu karena sedang menggendong Nono saat mengajaknya menghirup udara pagi. Rutinitas yang selalu dilakukannya-atas perintah bunda-demi mengakrabkan diri dengan sang adik yang usianya terpaut enam belas tahun darinya.
Well, ayah dan bunda tentu khawatir jika kedua putranya tidak memiliki kedekatan yang baik sebagai saudara kandung. Bahkan, setelah ada babysitter, Tifara tetap mengajari dan mengikutsertakan Lijendra dalam merawat Nono.
Dari cara memandikan bayi, memberinya makan, dan beberapa tips-tips parenting yang baik.
"Suatu hari nanti kamu kan punya anak juga, jadi lebih baik belajar dari sekarang," kata bunda setiap kali Lijendra terlihat frustrasi menangani Nono.
Kalau hanya mengajaknya jalan-jalan pagi hari, Lijendra sih senang-senang saja. Tapi ada kalanya Nono berulah dan sulit dikendalikan. Adiknya itu memang bayi, tapi ... Lijendra melihatnya seperti jelmaan seekor naga liar yang mungkin bisa menelannya hidup-hidup jika keinginannya tidak dituruti.
Hari-hari Lijendra benar-benar berubah total. Dia bahkan sudah semakin jarang bertemu teman-temannya bahkan untuk sekadar nongkrong dan ngopi-ngopi santai sambil mendengarkan omong kosong Haidan.
Ah, Lijendra merindukan masa-masa remajanya yang menyenangkan. Tidak, bukannya dia membenci kehadiran Nono... terkadang dia teringat bagaimana dulu dia bisa sebegitu bebasnya pergi ke sana ke mari. Bersepeda malam-malam bersama ayah, begadang main game online, atau tidur seharian di akhir pekan tanpa ada yang mengganggunya.
Namun kini, baru satu langkah mendekati pintu keluar, bayi naga itu sudah berteriak keras seolah dia tahu abangnya ingin pergi bersenang-senang tanpa dirinya. Padahal, Nono sedang ditemani babysitter-nya di dalam kamar....
Bocah itu benar-benar mengerikan.
Entah harus bersyukur atau menangis. Tampaknya misi ayah dan bunda demi mendekatkan Lijendra dan Nono berhasil. Malah misi itu kelewat sukses karena Nono benar-benar tidak bisa berjauhan dengan abangnya.
Nono akan menangis jika Lijendra tidak mengusap kepalanya sebelum tidur. Nono akan terus membuat suara berisik dan bergumam tidak jelas jika sang abang tidak segera menyapa ke kamarnya setiap pagi. Kedua alis bayi itu akan mengerut sedih dan bibirnya mengerucut jika Lijendra tidak segera menggendongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nono & Abang (DITERBITKAN)
General FictionIni tentang Nono, Abang, dan orang-orang. [Order novel Nono Dan Abang di shopee Lunar Books sekarang! Link ada di bio] ^_^