Chapter 18

20.7K 2.7K 488
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Bunda pingsan. Dokter baru selesai memeriksa keadaannya dan tidak lama kemudian Bunda sadar. Kepalanya masih sakit, tubuhnya lemas tak berdaya efek mendengar kejutan putra bungsunya.

“Saya sarankan Bu Tiffara bed rest selama beberapa hari. Tubuh Ibu benar-benar kelelahan dan butuh istirahat, Bu. Usahakan untuk makan teratur dan tidur yang cukup. Saya akan beri beberapa vitamin untuk Ibu,” kata Dokter Arum yang sudah menjadi langganan dokter keluarga Nono.

Mereka sedang berada di dalam kamar Ayah dan Bunda kecuali Nono. Sejak dulu Nono memang tidak suka masuk ke kamar orangtuanya, bukan tanpa alasan ... dia takut karena ada lukisan gorilla berukuran raksasa yang terpajang di dinding kamar.

Kata Ayah, gorilla adalah hewan paling menggemaskan di dunia. Jika sedang sedih dan terpuruk, Ayah hanya perlu menatap lukisan gorilla kesayangannya lalu dia dapat tersenyum kembali.

“Berarti ini bukan hanya karena kaget aja, kan, dokter?” tanya Ayah yang Setia duduk di samping Bunda sambil memijat lengan istrinya.

Dokter yang mengenakan lipstick hijau ngejreng itu mengangguk. Dia merapikan rambut berwarna hijau tua sebahunya yang tergerai lurus.

“Kan, apa kata Ayah? Bunda ini terlalu banyak aktivitas di luar. Di kurang-kurangin lah, Bun. Jangan semua kerjaan diambil, Ayah ini masih sanggup kalau cuma buat nafkahin keluarga. Badan Bunda ini juga bisa capek, Bun. Iya, kan Dokter?”

“Benar, Pak Damar. Ini merupakan akumulasi dari rasa lelah yang sudah menumpuk. Bu Tiffara pasti sangat sibuk sehingga lupa menjaga kesehatannya.” Dokter Arum merapikan barang-barangnya dan berpamitan. “Tolong dipantau ya, Pak kesehatan Ibu. Saya permisi.”

“Terimakasih, Dokter,” kata Ayah. “Mal, tolong antar Dokter Arum ke depan.” Ayah meminta tolong kepada Jamal yang sejak tadi menunggu di depan pintu.

Jamal tentu mematuhi perintah itu, sebagai tetangga yang baik dia dengan sigap melakukan apapun untuk membantu keluarga Om Damar. “Mari Dokter....” Jamal membantu membawakan tas Dokter Arum. “Sebentar, Dokter. Saya punya sesuatu. Kebetulan saya bikin banyak,” kata Jamal lalu cepat-cepat kembali ke dapur.

Pria bujangan yang pernah tinggal lima tahun di Amerika itu membawa sebuah paper bag yang dia berikan kepada Dokter Arum. “Ini, Dok. Resep terbaru saya, kebab mengkudu. Semoga Dokter Arum suka.”

Wanita bernama lengkap Arum Manies itu pun menyambutnya dengan wajah semringah.

“Kebetulan banget saya suka mengkudu. Biasanya saya bikin smoothies mengkudu campur pare setiap pagi. Makasih, ya, Mas Jamal, ” ucap Dokter Arum kegirangan.

Lalu Jamal pun terdiam. Dia melongo karena saking terkejutnya dengan reaksi Dokter Arum.

“Dokter... Dokter adalah satu-satunya orang yang mau menerima makanan pemberian saya tanpa mencemooh,” ucap Jamal dengan mata berbinar-binar. “Meskipun biasanya Nono juga suka sama resep baru saya, tapi rasanya menyenangkan kalau ada orang lain yang juga memiliki selera yang sama.”

Nono & Abang (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang