Chapter 24

17K 1.9K 367
                                    

“Buset. Makin ganteng aja gue liat-liat.” Lijendra mendadak berhenti ketika melewati cermin besar di ruang tamu. Dia melihat pantulan dirinya dan menyibak rambutnya penuh kebanggaan. “Mirip si itu tuh… cowok K-Pop kesukaan Suster Mita. Siapa sih namanya? Jono? Jeno? Jupri?”

“Lee Jeno, Mas. Member NCT Dream,” sahut Suster Mita.

Wanita itu baru pulang setelah mengambil tas Nono yang ketinggalan di sekolah. Tadi Nono sudah pulang dijemput Abang, tapi kedua orang itu tidak sadar jika Nono tidak membawa serta ranselnya juga. Akhirnya, Suster Mita kembali lagi mengambilnya.

Wanita yang sudah bersuami itu membuang begitu saja ransel Pororo Nono ke lantai lalu menari dengan sangat energyc pada bagian reff lagu Candy. “Danji neol saranghae, ireokhe malhaetji. Ijjekkeot jjunbihaetteon maneun mareul dwirohan chae….” Suster Mita bernyanyi ngos-ngosan dan menyudahi tariannya. “Nggak sanggup, Mas.”

Lijendra menggelengkan kepala sementara Nono baru turun dari kamar setelah berganti pakaian. Dia tidak bisa berkomentar banyak karena mulutnya penuh oleh dua lolipop. Jadi dia hanya memungut tas sekolahnya yang tadi dibuang Suster Mita. “Ckckck … teganya lempal tas Ponono.”

“Siapa suruh nyanyi sambil nge-dance. Inget umur, Sus,” kata Abang kepada Suster Mita. “Salah dikit bisa encok.”

“Iya nih, mana dari kemaren masuk angin nggak sembuh-sembuh.” Suster Mita menggerutu sebal sambil mengurut tengkuknya. “Tolong bikinin teh anget, Mas,” perintah Suster Mita lalu menghempaskan diri ke sofa. “Hari ini saya nggak mood ngapa-ngapain. Jangan ganggu.”

“Ini yang majikan sebenernya siapa sih.” Abang menggerutu tapi dia tetap berjalan ke pantry bersama Nono.

Abang mengambil cangkir kuning bergambar emoji poop kesukaan Suster Mita, lalu membuat teh camomile untuknya. Nono juga ikut sibuk, dia membuka laci terbawah di mana peralatan makan dan minumnya tersimpan rapi di sana.

Nono mengambil dua buah cangkir plastik hijau polos, dia berniat menaruh cangkir itu ke meja pantry tapi karena terlalu tinggi akhirnya Nono berjinjit kesusahan dengan kaki kecilnya.

Melihat itu, Abang dengan sigap memegangi pinggang Nono lalu mengangkatnya dengan mudah ke stool agar Nono duduk anteng tanpa membuat masalah.

Kemudian Abang kembali mengaduk tehnya, begitu juga dengan Nono yang sibuk sendiri seolah-olah dia juga sedang membuat minuman di cangkir-cangkir kosong itu.

“Minum dulu, Onel. Nono udah bikinin silup maljan buat Onel hihihi…,” kata Nono kepada teman khayalannya.

Abang yang melihat itu hanya menggeleng maklum. Sejak berusia tiga tahun, Nono memang kerap berbicara sendiri dan menamai teman ghoib-nya itu dengan sebutan Onel. Nono juga bilang, Onel adalah kembaran Nono di semesta lain. Mereka berdua merupakan sepasang penguin kembar yang memiliki banyak uang tapi tidak punya teman.

“Apa? Onel mau sepedaan ke Alaska? Ckckck … jauhnya. Nono nggak ikut deh, ngebayanginnya aja Nono capek.”

“….”

“Abang? Abang lagi bikin teh buat Sustel Mita. Onel mau teh juga?” Nono benar-benar asyik berceloteh seolah dia memiliki teman mengobrol. “Abang, tolong bikinin teh buat Onel, yah,” kata Nono kepada Abang.

“….”

“Onel mau tehnya panas atau dingin?” Nono bertanya lagi, dia diam sejenak seolah sedang mendengarkan lawan bicaranya, lalu setelah itu Nono mengangguk dua kali. “Pakai galam? Abang, Onel mau es teh hangat pakai galam.”

Nono & Abang (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang