Chapter 5

33.9K 3.3K 404
                                    

Setor duit dulu coba 💸💰

****

"Wah, Nono rajin nabung, ya?"

Nono mendongak sebentar sebelum kembali memasukkan beberapa lembar uang lima puluh ribuan dan seratus ribuan yang sudah dia lipat-lipat ke dalam tabung bergambar kartun Pororo. Anak itu duduk bersila sendirian di sudut ruangan tanpa berminat bergabung dengan teman-teman yang lain.

Setiap anak memang memiliki masing-masing tabungan yang disimpan di loker mereka. Setiap hari, anak-anak itu diajarkan untuk mengisi tabungannya berapapun yang mereka mau, dan akhir-akhir ini Nono menyita perhatian karena menabung lebih banyak.

"Nono halus nabung banyak-banyak, Milki. Soalnya Nono disuluh abang buat bayal utang negala," jawab Nono kepada Milki.

"Hah? Kenapa Nono yang bayar?"

Nono memasukkan uang terakhirnya ke dalam tabungan, lalu memeluk benda itu erat-erat. "Nono itu udah besal. Jadi Nono halus punya uang sendili dan bayalin utang negala. Nono nggak mau diledek abang lagi, huh," celoteh Nono dengan mulutnya yang mengerucut sebal.

"Tapi uang segitu mana cukup, itu kurang, Nono." Tiba-tiba Icung datang, dia membawa ransel dan mengeluarkan seluruh isinya di depan Nono. "Icung ada uang nih, buat nambahin tabungan Nono."

"Wah, mau, mau...!"

Icung mengumpulkan satu per satu koin receh dan kemudian dia berikan kepada Nono. "Ini, pasti cukup."

Nono membulatkan mata, lalu dia menggaruk rambut sejenak. "Ini uang apa? Nono balu pelnah liat. Abang nggak pelnah kasih Nono uang kayak gini, Icung." Nono mengambil satu koin yang tertera angka '500' di atasnya.

Milki hanya diam saja memperhatikan kedua temannya yang menurutnya semakin hari semakin aneh saja.

"Lho, masa sih nggak pernah liat uang receh? Payah banget pasti Nono miskin, ckckck...." Icung menggelengkan kepalanya kasihan. "Nih, ambil aja buat Nono. Masukin ke tabungan Pororo, ayo cepat... nanti diambil Eican."

"Owh, ya ya ya... makasih yah, Icung." Nono memasukkan koin-koin itu lalu mengocok tabungannya yang kini berbunyi berisik. Nono pun tertawa sendiri karena dia suka suara koin itu. "Tabungan Nono jadi makin belat. Ini pasti bisa buat bayal utang negala, yess...!"

"Nono, kalau mau punya uang banyak itu nggak gitu caranya." Kalileo Gutama atau yang biasa dipanggil Lele pun tampak tertarik dengan obrolan teman-temannya. Anak itu menarik kursi lalu duduk dengan salah satu kaki menyilang sambil menatap teman-temannya yang duduk di lantai. "Daddy sering bilang nanti Lele harus jadi pebisnis sukses kayak daddy biar kaya raya juga. Nah, Nono jadi pebisnis aja biar uangnya banyak."

"Heung? Bisnis...." Nono bergumam kecil. "Jualan ya maksudnya?"

"Iya. Pokoknya yang menghasilkan banyak uang. Nono punya apa, nah itu dijual aja," kata Lele seolah dia adalah mentor berpengalaman.

Nono pun berpikir sebentar, matanya menyipit dan keningnya mengerut seolah dia sedang menyusun strategi perang yang rumit. Sampai akhirnya sebuah ide terlintas di kepalanya. "Kayaknya Nono tau mau jualan apa."

“Hayo, pada ngomongin apa?”

“Miss Cantik…!” seru Nono lantas membuang begitu saja tabungan Pororo-nya hingga menggelinding di lantai, dia menghambur kepada wanita yang sudah satu bulan tidak dilihatnya itu. “Miss Cantik udah sembuh kah? Telus monyet yang cakal Miss Cantik udah ditangkap belum, Miss?”

Nono & Abang (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang