Chapter 33

15.5K 2K 650
                                    

Siapa kangen si gulali kapas? 🥺

Siapa kangen si gulali kapas? 🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

vote dan komen yah 🤺

****

Pukul dua belas malam Abang terbangun karena mendengar suara Nono menangis, dan dia sudah melihat tangan Nono berdarah karena anak itu tidak sengaja menindih tangan kanannya yang masih terpasng infus.

Abang segera menekan tombol darurat untuk memanggil perawat sambil berusaha menenangkan Nono yang kesakitan.

“Tangan Nono sakit, Abang….” Nono merengek kecil.

“Ssstt… iya, tenang ya. Abang di sini kok sama Nono. Nah itu, susternya datang,” kata Lijendra saat dua orang perawat masuk ke dalam kamar rawat Nono.

Abang tetap berada di samping Nono sambil memeluk kepala anak itu saat perawat memperbaiki infus Nono.

“Abang, Nono mau pulang. Nono nggak suka tangan Nono ditusuk-tusuk jalum lagi,” bisik Nono.

Mendengar itu hati Lijendra seperti diiris-iris. Dia juga ingin membawa Nono pergi dari tempat itu, tapi dokter masih belum mengizinkan Nono pulang karena kondisinya belum pulih total.

“Sabar ya, secepatnya Nono pasti pulang. Abang nggak akan biarin Nono ditusuk jarum itu lagi.”

Nono masih sesenggukan. Perawat itu sudah selesai dan mereka pergi. “Tadi Nono mau baling miling, Abang. Punggung Nono capek.”

“Nono mau duduk nggak?”

Bocah itu mengangguk lalu Abang membantunya duduk bersandar di bantal. Lama Nono diam, dia hanya menatap wajah Abang seolah sudah lama tidak bertemu.

“Kenapa?” tanya Abang dengan senyum tipisnya. Dia mengusap alis Nono, membuat mata adiknya mengerjap beberapa kali.

“Abang mau pelgi lagi?” tanya Nono tiba-tiba.

“Enggak. Abang nggak ke mana-mana. Abang di sini aja sama Nono.”

Kemudian Abang bisa melihat Nono mengembuskan napas lega. Anak itu pasti cemas karena mengira dirinya sendirian.

“Abang, tadi Nono mimpi ketemu Onel.” Nono mulai bercerita tentang teman khayalan yang sering disebutnya selama ini. “Onel ajak Nono main ke lumahnya.”

Lijendra langsung menggenggam tangan kiri Nono, seolah tidak membiarkannya pergi ke mana-mana. Dia masih mendengarkan Nono melanjutkan ceritanya.

“Lumah Onel itu jauuuhh banget. Nono lewat kebun bunga yang luas, telus Nono diajak naik empush. Di sana empush-nya bisa telbang, Abang. Telus, telus ada ibu peli kecil walna pink. Dia punya sayap kayak kupu-kupu. Nono suka main di sana, Abang.”

Nono bercerita dengan antusias, tapi hal itu malah membuat wajah Abang berubah keruh.

“Memangnya Nono nggak happy di sini? Di sini kan… ada Abang,” ucap Lijendra lalu mengusap kepala Nono. “Nono di sini aja ya, sama Abang.”

Nono & Abang (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang