Chapter 6

27.3K 3K 179
                                    

Setor doa baik aja 🙏

****

Lijendra bingung. Sudah tiga hari ini dia merasa ada yang salah dengan dirinya. Ke manapun dia pergi, Lijendra merasa ada yang selalu memperhatikannya bahkan secara terang-terangan.

Seperti saat dia di kampus, membeli kopi di caffe shop, atau membeli rokok di minimarket. Beberapa pasang mata dan suara bisik-bisik kecil membuat Lijendra agak ngeri dengan dirinya sendiri. Berkali-kali Lijendra melihat penampilannya setiap kali dia keluar dari rumah tapi dia tidak menemukan kejanggalan apapun.

Wajahnya masih sama, tidak ada tanduk yang tumbuh di kepalanya atau janggut panjang seperti kambing di dagunya. Pakaian yang dia kenakan pun bersih, dia juga memastikan dirinya selalu mengenakan parfum. Namun tetap saja, para gadis itu selalu menatap dirinya.

“Sebenernya ini ada apa sih? Bro, lo pada beneran nggak ngeliat sesuatu tumbuh di pantat gue kan?” tanya Lijendra kepada teman-temannya yang sedang bersantai di sebuah gazebo tak jauh dari kafetaria kampus.

“Ada noh, lo punya ekor kayak monyet,” ucap Haidan membuat yang lain tergelak geli.

“Harusnya lo bersyukur, berarti lo keren. Tuh buktinya banyak cewek yang ngelirik.” Rajuna menutup buku yang tadi dia baca dan menggeser duduknya mendekati Lijendra. “Lo beneran nggak ngerasa ngelakuin apa-apa gitu ke mereka?”

“Ngelakuin apa anjir?! Gue nggak ngapa-ngapain. Makanya gue bingung.” Lijendra berdecak kesal, dia menjatuhkan abu rokoknya dengan kasar, lalu pandangannya beralih kepada seseorang yang sejak tadi diam saja. “Jem, lo ngedukunin gua ya?” tembaknya pada Jemero.

Jemero yang dituduh seperti itu pun memutar matanya malas. “Yang seharusnya lo tanya gitu tuh Haidan.”

“Lah kok gua?” Haidan memekik tidak terima.

“Ya terus kenapa mereka ngeliatin gua kayak gitu?” Lijendra frustrasi sendiri. “Lo tahu? Bahkan setiap gue pulang aja pasti ada yang menawarkan diri buat ikut nebeng. Mana makin banyak kontak nggak dikenal nge-chat gua. Aneh. Ini beneran aneh.”

Lijendra berdiri, dia membuang puntung rokoknya di tong sampah terdekat. “Gua balik duluan. Ini harus gua cari tahu sih. Nggak bisa nih gue kayak gini terus-terusan.”

“Gue bantuin,” kata Jemero. “Gue bakal cari tahu sebisa gue.”

Rajuna mengangguk setuju. “Gue juga. Nanti gue kabarin kalau dapat info.”

“Haduh, gue bantu doa aja deh.” Haidan mengangkat kedua tangannya ke udara seolah dia sudah menyerah. “Ribet kalo udah berurusan sama cewek.”

“Jendra!”

Nah, belum sempat Lijendra beranjak sudah ada cewek yang mendatanginya. Lijendra meneliti cewek itu dari ujung rambut hingga ujung kaki, dan dia yakin cewek itu bukan berasal dari fakultasnya.

“Gue Rachel. Yang semalem nge-chat lo.”

“Buset, astagfirullah.” Haidan refleks mengusap dadanya. Sementara cewek itu masih mempertahankan senyum lebarnya dan menempel kepada Lijendra.

Sorry, apa sebelumnya kita pernah kenal?” tanya Lijendra sesopan mungkin. “Jujur ya, yang chat gue akhir-akhir ini banyak banget. Gue sampai bingung dan nggak bisa bacain semuanya. Belum lagi DM di IG.”

Nono & Abang (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang