Akibat secara tidak sengaja menjadi aktor dalam sebuah video, Ares dan Karin terpaksa menikah untuk menjaga image keluarga mereka.
Apakah mereka berdua bisa bertahan dalam pernikahan tersebut disaat Karin masih mempunyai seseorang yang dia cintai?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selang semenit ketika Manda memasuki rumahnya, Januar juga telah pulang dari kantor. Keduanya memiliki kebiasaan untuk duduk sejenak di kursi tuang tamu untuk melepas lelah.
Manda meletakkan tote bagnya yang sedari tadi dia pangku ke sofa di sebelahnya.
"Kak, waktu itu kamu ngomong apa ke calonnya Karin sampai bisa langsung mindahin Naren? Emangnya apa jabatan dia?" tanya Manda.
Januar membuka matanya, lalu balik tanya, "Kamu dulu cerita gimana bisa dianterin Naren balik ke kantor?"
Manda menarik nafas berat lalu mulai bercerita.
*flashback*
"Ambil aja"
"Brengsek banget itu anak!" Lingga udah siap mau nyeret Naren tapi langsung ditahan Manda.
"Kak, jangan. Jangan ribut disini."
Manda memang menahan Lingga barusan, tapi sekarang malah dia yang menyusul Naren.
Jujur saja, hati Manda sakit banget waktu Naren balas omongan Lingga seperti itu. Tapi karena dia sudah tau kalau Karin akan menikah dengan cowok lain, Manda sedikit lega.
Sekarang dia memberanikan diri untuk ngomong langsung ke Naren.
"Kak Naren." panggil Manda.
Manda mengejar Naren yang ternyata menuju ke parkiran. Naren berbalik, mendapati Manda yang sedang berdiri tidak tau darinya.
"Kenapa?"
Manda mendekat. "Boleh ngobrolnya di dalam mobil saja?" tanya Manda dengan hati-hati.
Tanpa basa-basi, Naren menuju mobilnya diikuti oleh Manda. Mereka segera masuk ke dalam.
"Kak..."
Manda menarik nafas sebentar sebelum kembali meneruskan omongannya.
"Sekarang, posisi kamu dan Kak Karin sama. Sama-sama calon pasangan orang lain. Bedanya, Kak Karin masih ada komunikasi dengan calonnya, sedangkan kamu, sama sekali nggak pernah ada komunikasi sama aku."
"Kamu tau kan—"
"Iya Kak, aku tau kamu masih sangat cinta sama Kak Karin, tapi masalahnya, dia bakal jadi istri orang dalam hitungan hari."
"Kak, aku sama sekali nggak ada maksud maksa kamu suka sama aku. Enggak. Kamu sendiri juga tau kan Kak kalau kita tidak bisa menolak perjodohan ini?"
Naren diam.
"Aku tidak mau ngecewain orang tuaku, orang tua kamu juga. Jadi aku mohon, beri aku kesempatan untuk lebih mengenal kakak. Setelah pernikahan pun aku nggak akan ngelarang kakak mau jalan sama siapa aja, termasuk Kak Karin."