Sembilan Belas

2.4K 259 80
                                    

Jangan lupa vote & komen🫰🏻
Happy reading!

Jangan lupa vote & komen🫰🏻Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kar, sarapan yuk bareng gue sama Haikal." bujuk Rara yang tengah duduk di samping Karin. Sedangkan Karin masih dengan posisi tiduran tertutup selimut pada sekujur tubuhnya.

"Nggak mood makan."

"Ini ajakan terakhir, ayo makan. Gue nggak mau tau kalo nanti maag lo kambuh." ucap Rara dengan tegas.

"Nggak peduli."

Rara mendengus kesal. Emang batu banget sahabatnya ini. Terpaksa, dia harus pakai cara kekerasan. Menyeret Karin.

"Ra! Gue gak mau makan!"

"Bi...bantuin nyeret anak ini." teriak Rara pada Haikal yang menunggu di ambang pintu.

Haikal yang berdiri di ambang pintu cuma menggeleng.

"Kar...ayolah, makan doang terus balik lagi ke kamar. Kalo sakit, kita yang repot anjir Karin! Atau gue tinggalin aja lo di Bali sendirian?"

Mendengar kata 'sendirian' membuat pegangan tangan Karin pada sprei melemas. Cewek itu benar-benar benci sendiri.

"Bener ya habis makan balik ke kamar? Gue gak mau ikut kalian jalan-jalan. Gak mood."

"Dari awal gue juga gak ada niatan ngajak elo." jawab Rara to the point. Karena memang dia mau jalan-jalan berdua doang sama Haikal.

Sementara itu di restoran hotel, tampak Naren dan Manda yang sedang duduk berhadapan, menyantap sarapan masing-masing.

"Masih sakit?" tanya Naren karena sejak keluar kamar, mulut Manda hanya terbuka untuk mengucapkan menu makanan yang mau dia pesan.

Manda menggeleng. "Nggak, Kak."

"Tadi harusnya pesan sarapan di kamar aja, biar dianterin."

"Nggak papa, Kak. Aku pengen jalan-jalan juga habis ini."

"Beneran?"

Manda mengangguk.

"Maaf yang semalam kalo aku kasar. Kebawa emosi. Lain kali, aku pelan-pelan."

Lain kali? Telinga Manda tidak salah dengar kan?

Senyuman tipis muncul di bibir Manda. Perempuan itu menunduk, tidak ingin pria yang di depannya melihatnya tersenyum salah tingkah.

Setelahnya, Naren dan Manda melanjutkan sarapan tanpa banyak bicara. Suasana canggung masih sangat terasa diantara keduanya.

Bagaimana tidak? Saat Naren menjelaskan semuanya, Manda hanya bisa menangis dan minta cerai. Ya, cerai dihari pertama mereka menikah.

Entah ide itu muncul dari mana, Naren tiba-tiba langsung menarik Manda mendekat dan mencium bibir mungil perempuan itu.

Naren masih terus melumat bibir Manda meskipun perempuan itu masih menangis. Sampai akhirnya, mereka terbawa suasana dan melakukan hubungan suami-istri dengan kesadaran penuh.

Married by Accident [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang