Dua Puluh Empat

2.7K 238 110
                                    

Jangan lupa vote & komen🫰🏻
Happy reading🫶🏻

Rara cukup aneh melihat wajah Karin yang dari pagi tampak berseri-seri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rara cukup aneh melihat wajah Karin yang dari pagi tampak berseri-seri. Belum lagi senyum-senyum sendiri setelah lihat ponsel. Tadinya Rara mau curiga kalo dia sedang chattingan sama Naren. Tapi nggak jadi curiga karena mereka udah pacaran lama, jadi nggak mungkin Karin masih senyum-senyum baca chat Naren kayak orang baru jatuh cinta.

"Kar..." Rara yang malas jalan, menggerakkan kursi kerja mendekat ke Karin

"Hmm?"

"Lo kenapa?"

"Kenapa?"

"Malah balik tanya. Wajah lo berseri-seri banget. Habis ngapain lo sama Naren?"

Karin langsung menatap Rara tajam. "Jangan sebut nama dia dulu please."

Rara langsung menutup rapat bibirnya. "Lo nggak cerita."

"Nanti aja. Gue mau ketemu orang bentar. Chat gue belum dibales lagi." Pamit Rara.

Tempat yang dituju Karin tidak lain adalah ruangan Ares. Seperti biasa, dia langsung nyelonong masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu.

Awalnya Karin sudah senyum, sudah mau tanya kenapa nggak balas chatnya. Tapi senyumnya langsung hilang ketika ada perempuan yang duduk di depan meja Ares.

"Karin, ini Jihan rencananya mau ngelamar jadi sekretarisku."

Jelas sekali gesture Ares seperti orang kepergok ada sesuatu dengan cewek di depannya itu. Karin mencoba mengendalikan ekspresinya dengan kembali menunjukkan senyumnya.

"Oh, kirain ada apa kamu belum bales chatkku." ujar Karin sambil mendekat ke Ares. "Kamu nanti jangan lembur ya..."

Tiba-tiba saja Karin memegang tangan Ares lalu membawa ke perutnya. "Ada yang minta dijenguk." ucapnya pelan tapi yang pasti Jihan bisa mendengar dengan jelas.

Ares mengerutkan keningnya karena bingung.

Sebelum menutup pintu, Karin kembali bilang, "Aku pake warna merah, favorite kamu."

Ares masih mencerna kata-kata Karin. Semuanya masih diproses di kepalanya tapi tetap saja nggak paham.

"Ares? Dia siapa?" Pertanyaan membuyarkan pikiran Ares.

"Eh...Ji, itu Karin."

"Cewek kamu? Dia hamil? Keren ya kamu sekarang udah berani ngebiarin cewekmu hamil tanpa nyuruh gugurin."

"Maksud kamu apa?"

"Ya kan dulu, aku harus minum morning pills terus waktu sama kamu."

"Aku nggak pernah sekalipun nyuruh kamu minum obat itu." Ares menekan tiap kata-katanya.

"Tapi kamu nggak pernah pake kondom!"

"Kamu yang minta sendiri."

Jihan menarik nafas berat. "Bagus deh kalo kamu sekarang udah nggak lari dari tanggung jawab. Berapa banyak cewek yang udah kamu mainin dulu?" Jihan tertawa remeh. "Orang tuamu udah tau cewek itu hamil?"

Married by Accident [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang