Akibat secara tidak sengaja menjadi aktor dalam sebuah video, Ares dan Karin terpaksa menikah untuk menjaga image keluarga mereka.
Apakah mereka berdua bisa bertahan dalam pernikahan tersebut disaat Karin masih mempunyai seseorang yang dia cintai?
Sehari manja-manjaan, sehari marahan. Begitu saja keseharian Ares dan Karin. Nggak masalah kalau mereka sedang marahan tanpa melibatkan orang lain untuk ikut mikir gimana caranya baikan. Lah mereka, kalau nggak Ares ngerecokin Jevan ya Yesha. Sama saja dengan Karin yang selalu ngerecokin the one and only bestie-nya, Rara.
"Lama-lama gue resign aja dari sini. Mending gue disuruh lembur ngerjain proposal sponsor daripada lo suruh mikirin kehidupan rumah tangga kalian. Untungnya apa dikit-dikit marahan? Padahal enakan ciuman nggak sih?" celoteh Jevan yang sudah muak tiap hari berhadapan dengan Ares.
"Nggak tau. Dia juga ada aja hal yang diributin. Kan lama-lama gue capek."
"Sekarang apa lagi? Mobil kata lo? Kenapa mobil kalian?"
"Karin mau tukeran mobil sama gue. Tapi gak gue kasih lah. Dia gak jago pake manual. Tadinya mau gue pinjemin mobil Yesha tapi malah kena omel Yesha juga."
"Kenapa dia mau tuker?"
"Katanya mau nyobain pake mobil yang lebih sporty."
"Terus ngapain lo ngide pake mobil Yesha? Kan sejenis mobil Yesha sama Karin. Aneh lu." Jevan geleng-geleng nggak habis pikir. "Sekarang dia masuk kantor?"
"Masuk. Gue intip tadi, dia lagi ngobrol sama Rara."
"Res, kata gue lo harus kasih Rara bonus. Kerjaan dia nambah jadi konsultan istri lo."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terkahir kali Yura menginjakkan kakinya di rumah anaknya saat dia memberikan rumah ini. Siang ini dia iseng mampir ke rumah Ares karena baru saja pulang dari acara yang berada di daerah dekat rumah Ares. Yura tau kalau anak dan menantunya saat ini pasti sedang kerja, tapi dia tetap mampir karena masih ada Mbak Dyah di rumah.
Tak banyak perubahan pada rumah pemberiannya itu. Tata letak perabotan tetap sama, hanya ada beberapa tambahan hiasan pada dinding, meja dan rak lemari. Bisa Yura tebak, rata-rata yang menambahkan hiasan adalah anaknya yang memiliki jiwa seni tinggi.
"Saya bikinin jus jeruk ya, Bu?" Mbak Dyah menawari ketika Yura duduk di sofa.
Yura tersenyum, "Boleh, Mbak."
Yura meninggalkan tasnya di sofa. Dia mulai berkeliling melihat isi rumah. Semuanya terlihat rapi dan bersih. Yura juga menengok kamar-kamar yang ada disana.
"Mbak, ini 2 kamar kok kayaknya sering dipake tidur ya? Mereka nggak pisah kamar kan?" tanya Yura agak keras pada Mbak Dyah saat selesai menengok kamar yang pernah Ares pakai sendiri.
"Nggak kok, Bu." jawab Mbak Dyah sambil menaruh gelas berisi jus jeruk di meja makan. "Silahkan, jusnya."
"Mbak Mbak, duduk dulu sini." ajak Yura.
Mbak Dyah duduk di samping Yura. Berasa mau di interogasi.
"Tapi kenapa hawa kamarnya tuh kayak hangat yang dipake tiap hari gitu ya?" tanya Yura yang jelas belum puas dengan jawaban Mbak Dyah tadi.