Bab 19

14.2K 489 5
                                    

Keesokan harinya, Maya dan Gerry sudah bersiap untuk kembali pulang ke Kota.

Keduanya berpamitan kepada kedua keluarga baik dari belah pihak Gerry maupun Maya. Di dalam perjalanan, kedua pasutri itu mampir ke sebuah mini market untuk membeli beberapa stok makanan.

Mama Intan berpesan, agar mereka berbelanja terlebih dahulu di perjalanan. Bukan apa-apa. Mama Intan hanya takut, jika stok makanan di rumah Gerry dan Maya habis. Sementara itu, pemerintah sudah melarang masyarakat untuk berkerumun di luar rumah. Otomatis, setiap toko sembako sudah mulai dibatasi penjualannya.

Setelah menempuh waktu yang cukup melelahkan, kini mobil Gerry sudah memasuki garasi rumah. Maya keluar terlebih dahulu dari dalam mobil, disusul oleh Gerry dengan tangan membawa kantong belanjaan besar.

Kedua pasangan suami istri itu mulai memasuki rumah. Maya menekan stop contact, hingga lampu rumah menyala. Ah, rasanya sudah lama sekali Maya meninggalkan rumah huniannya.

Perempuan itu beranjak menuju dapur meletakkan sebagian belanjaan yang dibawanya untuk dimasukkan ke dalam lemari khusus makanan. Tentunya, dibantu oleh Gerry.

Setelah selesai merapikan semua barang belanjaan, Maya beranjak menuju kamarnya. Perempuan itu menggelengkan kepalanya tatkala melihat sosok Gerry yang sudah terkapar tak berdaya diatas kasur king sizenya itu.

“Ck, jorok banget sih. Bukannya langsung mandi, malah tidur.” gerutu Maya seraya beranjak menuju kamar mandi.

Dua puluh menit kemudian, Maya sudah selesai membersihkan tubuhnya. Perempuan itu beralih menuju meja riasnya. Ia mendudukkan pantatnya pada kursi kecil dan menatap pantulan wajahnya lewat cermin berukuran sedang.

“Eumh,” lenguhan Gerry membuat Maya melirik sekilas pada laki-laki itu.

Maya mengendikkan kedua bahunya acuh. Perempuan itu kembali fokus mematut dirinya di depan cermin. Mengoleskan cream malam, dan semacamnya. Setelah selesai dengan urusan skincare nya, Maya berdiri dari duduknya.

Perempuan itu melangkah mendekati ranjang kasur. “Bangun, mandi sana.” Maya menepuk-nepuk bahu kokoh Gerry.

Gerry masih tak bergeming. Lelaki itu dengan santainya mendekap sebuah guling dengan erat. Maya dibuat berdecak melihat kelakuan Gerry yang sangat na'udzubillah.

Perempuan itu tak putus asa. Maya kembali mencoba membangunkan Gerry.

“Bangun nggak? Atau mau gue siram hah?!” ancam Maya seraya kembali menarik-narik bahu Gerry, agar suaminya bangun.

Gerry yang merasa tidurnya terusik pun membuka kedua matanya yang masih terasa berat. Lelaki itu memasang wajah masam.

“Nah gitu dong, bangu—“

Cup!

Maya terdiam dengan tubuh membeku.

Gerry.. baru saja merebut ciuman pertamanya!

•••

Gerry yang tengah duduk di depan televisi mendengus sebal, saat tayangan berita yang ditampilkan mengenai seputar virus corona yang tengah melanda sekarang ini. Padahal, lelaki itu sudah siap dengan setelan kantornya.

Mood nya sudah jelek sekali pagi ini. Lima menit yang lalu, Papa Anton menelpon Gerry. Lelaki paruh baya itu mengatakan jika untuk sementara waktu Gerry tidak perlu berangkat ke kantor dan sekolah. Lantas, bagaimana Gerry bekerja jika ia diam saja di rumah? Lalu, bagaimana nasib para karyawannya? Gerry menjerit kesal dalam hati.

Suara dentingan ponsel milik Gerry, membuat lelaki itu dengan malas meraih ponselnya yang terletak diatas meja. Sebuah email masuk dari sekertarisnya—Sesil. Isi emailnya kurang lebih mengatakan jika ia—Gerry, harus membuat keputusan atas apa yang terjadi saat ini.

Di satu sisi, Gerry merasa sedikit senang karena tidak harus pergi ke kantor seperti biasanya. Namun di sisi lain, Gerry bingung harus mengumumkan bagaimana kepada para karyawannya. Gerry tahu, jika sekarang para karyawannya tengah berada dalam kebimbangan. Nyawa mereka tengah dipertaruhkan di era gempuran covid saat ini.

“Huft, mau gila rasanya.” gumam Gerry seraya meletakkan kembali ponselnya diatas meja.

Kedua mata Gerry celingak-celinguk mencari keberadaan Maya. Tidak seperti biasanya, perempuan itu tidak kelihatan. Biasanya, dia selalu merecoki Gerry untuk selalu pergi ke kantor agar tidak terlambat. Tapi tidak dengan kali ini.

Gerry bangkit dari duduknya. Lelaki itu melangkah menuju ke belakang rumah. Kedua matanya tertuju pada Maya yang tengah menyirami tanaman anggrek di halaman belakang rumah. Gerry berjalan menghampiri Maya.

“Pantesan dicariin nggak ada. Asik sama anggrek rupanya,” sindir Gerry mengejutkan Maya.

Maya yang tengah melamun dengan salah satu tangan memegang selang air, terkejut begitu mendengar suara Gerry. Refleks tangan Maya terangkat, hingga membuat selang air yang seharusnya disiramkan pada bunga anggrek, kini beralih menuju wajah tampan Gerry.

“Sial,” umpat Gerry saat wajahnya terkena semprotan air selang itu.

Maya kelabakan sendiri.

“Aduh!! Sorry, sorry, nggak sengaja!” heboh Maya seraya berlari untuk mematikan keran air.

Gerry memasang wajah masam. Sial sekali pagi ini. Seperti peribahasa yang mengatakan ‘Sudah jatuh, tertimpa tangga pula’ begitulah nasib Gerry hari ini. Sangat malang sekali pemirsa.

“Nggak sengaja lo bilang?” tanya Gerry penuh penekanan.

Maya cengengesan tak jelas. “Lagian sih, lo malah kagetin gue.” ketusnya tak ingin disalahkan.

Gerry memutar bola matanya malas. “Salah lo lah! Punya hobi yang bagus sedikit kenapa? Hobi kok ngelamun terus!” cerocos Gerry dengan wajah mendelik.

Maya cemberut mendengarnya. Bibirnya mengerucut lucu.

“Kenapa itu bibir di maju-majuin? Mau gue cium lagi hah?!” tantang Gerry dengan wajah tanpa dosa.

Maya sontak membulatkan kedua matanya.

Sial.

Kedua pipi Maya merona tatkala mengingat kejadian tadi malam. Duh, kenapa juga Gerry mengambil first kiss nya sih? Protes Maya dalam hati. ‘Kan Maya jadi penasaran dengan kelanjutannya.

Aish. Sadar Maya! Maya menepuk kedua pipinya yang masih terasa panas.

“Pipi lo merah, lucu.” komentar Gerry tiba-tiba.

Sudah.

Maya sudah tidak tahan lagi.

Maya ngacir berlari meninggalkan Gerry yang kini tertawa terbahak-bahak melihat kepergiannya. Gerry menghentikkan tawanya. Bibirnya masih tersenyum lebar. Mungkin, bekerja dari rumah tidak buruk-buruk amat. Gerry jadi mempunyai hobi baru. Membuat Maya salah tingkah misalnya.

🐅Jangan lupa vote dan komen🐅

Married with Playboy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang