Gerry menatap pantulan dirinya lewat cermin. Tubuh kekarnya sudah dibaluti kemeja berwarna putih dilengkapi dengan jas berwarna hitam. Jangan lupakan sebuah jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya menambah kesan manly pada laki-laki itu.
Hari ini, adalah hari pertama Gerry memasuki dunia pekerjaan. Papa Anton sudah mewanti-wanti sejak kemarin malam melewati sebuah pesan dari ponselnya. Gerry tidak bisa membantah apalagi melawan. Lelaki itu hanya bisa pasrah dengan semua perintah sang Papa.
Gerry menggulung lengan kemejanya hingga sikut. Perlahan kaki jenjangnya melangkah keluar dari kamar. Lelaki itu menuruni tangga demi tangga seraya bersiul pelan. Netra tajamnya melihat sosok Maya yang tengah duduk di depan televisi.
Dengan salah satu kaki terangkat, mulut terbuka lebar, tawa yang terbahak-bahak, Maya terlihat sangat tidak ada anggunnya sama sekali. Gerry menggeleng kecil melihat tingkah ajaib istrinya itu.
Maya yang merasakan keberadaan Gerry didekatnya hanya melirik sekilas kemudian kembali fokus dengan kegiatannya. Maya tau jika Gerry hendak pergi menuju kantornya. Namun, Maya tidak peduli alias cuek bebek.
“Ekhem, lo nggak mau pamitan sama gue?” Gerry membuka pembicaraannya dengan Maya.
Maya hanya mengendikkan kedua bahunya acuh. “Tinggal pergi aja kali, pake acara pamitan segala,” gumamnya seraya mengganti channel televisi.
Gerry menghela napas. “Ck, jadi istri nggak ada sholehahnya dikit ya,” keluh Gerry seraya berjalan meninggalkan Maya.
Tak berselang lama kemudian, Maya dapat mendengar suara mesin mobil yang menyala dari arah garasi.
Perempuan berusia dua puluh empat tahun itu pun kembali fokus dengan tayangan televisi di depannya.
•••
Setelah memarkirkan mobilnya, Gerry mulai melangkah memasuki gedung pancakar langit yang tak lain ialah Perusahaan miliknya. Ah salah, perusahaan milik Papa-nya lebih tepatnya.
Sedari awal lelaki itu memasuki lobi, sudah banyak karyawan-karyawan yang menyambutnya dengan senyuman ramah serta sapaan selamat datang untuk Gerry. Gerry pun membalas sapaan para karyawannya tak kalah ramah.
Perusahaan yang kini menjadi tanggung jawab Gerry, merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang properti. Perusahaan yang mengelola aset berupa tanah serta bangunan. Mulai dari rumah, rumah toko (ruko), apartemen, gedung perkantoran, mall, hotel, kos, dan lain sebagainya.
Jangan diragukan lagi kemampuan Papa Anton saat menjalani bisnisnya. Beliau dikenal dengan orang yang sangat professional dan bertanggung jawab. Banyak dari perusahaan lain yang selalu menjalin kerja sama dengan Perusahaan properti ini.
Seorang lelaki berumur sekitar tiga puluhan, mengintrupsi Gerry untuk memasuki lift. Lelaki itu memijat nomor lift yang akan dituju. Setelah berada di lantai sembilan, Gerry dan lelaki tadi pun keluar dari lift.
“Perkenalkan Pak, saya Rio. Asisten pribadi Bapak Anton.” ujar lelaki tadi memperkenalkan dirinya.
“Ah ya, saya Gerry. Mohon bantuannya.” sahut Gerry seraya menjabat tangan lelaki bernama Rio itu.
Rio dan Gerry kembali berjalan untuk menuju ruangan CEO. Setelah sampai di salah satu pintu ruangan yang tertutup, dengan dilengkapi papan tulisan kecil diatasnya ‘Ruangan CEO’ Rio pun mempersilhakan Gerry untuk masuk ke dalam.
“Ruangan ini akan menjadi ruangan Pak Gerry. Pak Anton sudah berpesan pada saya, untuk mengenalkan seluk beluk perusahaan kepada Pak Gerry.” tutur Rio menjelaskan maksud kedatangannya.
Gerry hanya mengangguk paham. “Lalu, yang menjadi sekretaris saya?” tanya Gerry penasaran.
“Oh, maaf Pak. Untuk sekretaris, kebetulan Pak Anton sudah merekrut orang baru. Mari saya perkenalkan. Sil!” Rio sedikit berteriak memanggil seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Playboy (End)
General FictionKehidupan Maya terasa jungkir balik setelah perempuan itu terikat perjodohan konyol yang diusulkan oleh Oma-nya. Terlebih yang menjadi calon suaminya ialah Gerry si laki-laki playboy cap badak yang tak lain merupakan teman semasa SMA-nya dulu. Kira...