Bab 23

12.7K 376 1
                                    

Aroma harum tercium oleh hidung mungil Maya. Wanita itu berjalan menuju dapur dan mendapati Ibu mertuanya yang tengah sibuk, entah sedang berkutat membuat apa.

"Harum banget Ma, lagi bikin apa?" tanya wanita itu setelah berada di samping tubuh sang mertua.

Intan menoleh pada menantu kesayangannya. "Ini lho, Mama kepingin banget bikin tumis seafood. Kebetulan Mama juga udah lama nggak masakin Gerry makanan ini, pasti dia doyan." celoteh Intan dengan senyum kecil terpatri di wajahnya.

"Kamu nggak ada alergi seafood 'kan May?" tanya Intan.

Maya sontak menggeleng. "Nggak ada kok Ma," balasnya.

"Bagus deh, Mama masak agak banyak soalnya." sahut Intan yang kembali sibuk dengan masakannya.

Intan menoleh pada Maya, "Kamu duduk aja, jangan berdiri terus, nanti pegal." titah Intan sembari menunjuk ke arah ruang makan.

Tentu saja Maya tidak mengiakan. Wanita itu tidak ingin merepotkan sang Ibu mertua yang sudah jauh-jauh datang berkunjung ke rumahnya.

"Maya bantu Mama aja deh," balas Maya membuat Intan menggelengkan kepalanya menolak bantuan Maya.

"No, no, no. Kamu nggak boleh capek-capek, nanti cucu Mama nggak akan cepat hadir kalau begitu," Intan berujar santai dengan wajah jenaka.

Lain halnya dengan Maya yang tersenyum canggung. Jujur saja, wanita itu masih selalu merasa malu dan canggung jika membahas masalah tersebut.

"Aku ke belakang aja deh Ma. Kebetulan aku belum siram anggrek-anggrekku." ucap Maya.

Intan menganggukkan kepala tanda setuju. Maya pun melangkahkan kakinya menuju halaman belakang. Wanita itu dengan segera menyalakan kran air dan menyirami anggrek-anggrek miliknya.

"Cantik-cantik anggreknya," suara seorang pria membuat Maya membalikkan tubuhnya.

Maya tersenyum simpul. "Eh, Papa." sapa Maya singkat.

"Sudah lama menyukai anggrek?" tanya Anton seraya memperhatikan anggrek-anggrek di halaman belakang rumah putranya.

Maya hanya mengangguk kecil, "Hm, lumayan. Dari pada bosan di rumah, jadi aku pilih pelihara anggrek aja," sahut Maya yang kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Suamimu belum turun?" tanya Anton sembari celingukan mencari putra bungsunya.

Maya menggeleng. "Belum Pa, semalam dia begadang." gumam Maya yang masih dapat di dengar oleh telinga Anton.

Anton mengangguk paham. "Begadang untuk membuatkan Papa cucu?" tanya Anton.

Pertanyaan Anton bak roket meluncur, membuat Maya kelabakan dan tidak sadar jika air kran yang seharusnya ia siram untuk anggrek-anggreknya, malah menyiram bajunya sendiri.

Anton tertawa kecil melihat tingkah menantu perempuannya. Pria setengah baya itu meleos memasuki rumah, meninggalkan Maya seorang diri.

"Ayah sama anak sama aja," lirih Maya pelan.

Maya kira Anton-Ayah mertuanya tidak akan pernah melontarkan bercandaan seperti tadi. Namun benar-benar diluar dugaan.

•••

Kaki jenjang Gerry menuruni anak tangga dengan perlahan. Pria itu mengacak rambutnya asal. Gerry menghampiri Maya, Mama, dan Papanya yang sudah berkumpul di ruang makan.

"Ck, ck, ck, bagus ya.. Jam segini baru bangun!" omel Mama Intan membuat Gerry menyengir menampilkan deretan gigi rapinya.

"Wow, seafood! Udah lama aku nggak makan seafood," ujar Gerry dengan sorot mata berbinar.

Married with Playboy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang