Satu minggu kemudian.
Hari minggu, hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh lelaki bernama Gerry itu. Akhirnya, setelah satu minggu dirinya berkutat dengan berbagai berkas-berkas penting, Gerry kini bisa mengistirahatkan otaknya sejenak.
Niatnya sih, hari ini Gerry ingin bermalas-malasan di rumah.
Namun sepertinya, semesta sedang tidak berpihak pada Gerry. Buktinya saja, sedari tadi lelaki itu merasakan tarikan pada lengannya. Siapa lagi kalau bukan ulah Maya?
“Cepetan bangun, temenin gue jogging,” rengek Maya bak anak kecil yang meminta permen pada Ibunya.
Gerry hanya menggumam tak jelas. Lelaki itu membalikkan tubuhnya memunggungi Maya, kemudian melanjutkan kembali tidurnya yang sempat terganggu oleh perempuan pembuat onar itu.
Maya dibuat berdecak melihat kelakuan Gerry.
“Gue telpon Mama ah,” tukas Maya berbicara sedikit keras.
Sontak mendengar kata keramat yang diucapkan oleh perempuan menyebalkan itu, membuat Gerry membuka kedua matanya sempurna. Perlahan Gerry mendudukkan tubuhnya dengan mata yang masih terasa berat.
Gerry tidak akan membiarkan Maya menelpon Mama-nya. Bisa gawat hidup Gerry. Pasalnya, Mama-nya itu akan mengomelinya dalam waktu yang tidak singkat. Belajar dari pengalamannya dulu, Gerry tidak akan membiarkan Maya mengadu kepada Mama-nya begitu saja.
“Ck, apaansih? Gue masih ngantuk!” sarkas Gerry seraya mengacak rambutnya kasar.
Maya mendengus geli melihat penampilan Gerry yang sayangnya terlihat sangat hot ketika lelaki itu baru bangun tidur.
Ck, ck, ck, Maya menggelengkan kepalanya keras. Agaknya otaknya sudah mulai terkontaminasi oleh virus ketampanan Gerry.
Maya tidak boleh tergoda oleh Gerry. Maya harus menguatkan imannya. Ucap Maya dalam hati.
“Temenin gue jogging.” ucap Maya tanpa berbasa-basi.
Gerry menguap lebar setelah mendengar perkataan Maya. Saat ia hendak merebahkan kembali tubuhnya, dengan gesit Maya menahan kedua bahu Gerry agar lelaki itu tetap duduk.
“Please lah Ger, kasihani gue.” Maya membuat ekspresi wajah memelas, berharap Gerry akan luluh dengan permintaannya.
Gerry memutar bola matanya malas. “Ck, sana siap-siap.” sahut lelaki itu dengan ketus.
Kedua mata Maya berbinar. “Yess, thankyou Erry!” seru Maya seraya berjingkrak-jingkrak heboh.
Gerry hanya bisa menghela napas melihat tingkah absurd perempuan yang sayangnya ialah istrinya sendiri.
•••
Setelah berbagai perdebatan kecil dengan dibumbui sedikit drama dari pasangan muda itu, kini Gerry dan Maya tengah berada di salah satu taman yang berada tak terlalu jauh dari komplek perumahan mereka.
“Huh, capek.” keluh Maya seraya menyeka keringat di keningnya menggunakan handuk kecil yang tersampir pada kedua bahunya.
Gerry berdecak kecil mendengar keluhan Maya. “Baru tiga putaran, udah capek. Dasar lemah.” ujarnya seraya tersenyum mengejek.
Maya melotot tidak terima. “Dasar playboy, nyebelin.” gerutu Maya misuh-misuh seraya berlari kecil meninggalkan Gerry.
Di belakang sana, Gerry hanya dapat menggelengkan kepalanya. Sudah tidak aneh lagi dengan tingkah absurd dan menyebalkan perempuan itu. Gerry pun kembali melanjutkan joggingnya.
Di lain tempat, Maya sudah berlari cukup jauh dari jangkauan Gerry. Perempuan itu duduk dengan kaki selonjoran. Napasnya terengah-engah. Sesekali, tangannya menyeka keringat dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Playboy (End)
General FictionKehidupan Maya terasa jungkir balik setelah perempuan itu terikat perjodohan konyol yang diusulkan oleh Oma-nya. Terlebih yang menjadi calon suaminya ialah Gerry si laki-laki playboy cap badak yang tak lain merupakan teman semasa SMA-nya dulu. Kira...