Bab 29

13.1K 378 0
                                    

Tak terasa sudah satu minggu lamanya sejak sosok wanita bernama Bia tinggal di rumah Maya dan Gerry. Bahkan para tetangga pun mengetahui hal itu.

Tapi tenang saja, Maya mengatakan jika Bia-wanita yang tinggal di rumahnya merupakan saudara jauhnya, sehingga tidak akan menimbulkan huru-hara antar tetangga.

Entah apa yang membuat Maya berkata seperti itu kepada para tetangganya. Maya hanya tidak ingin kehidupannya diusik. Wanita itu hanya ingin ketenangan selama berada di lingkup kehidupannya.

"May, aku beli nasi uduk di depan tadi. Untuk sarapan kamu dan Gerry," ujar Bia yang entah sejak kapan sudah memunculkan sosoknya di depan Maya.

Maya meraih kantong plastik yang digenggam Bia. Wanita itu melanjutkan kembali aktivitasnya. Apalagi jika bukan memberi nutrisi untuk tanaman kesayangannya?

Ah ya, tidak hanya di halaman belakang saja Maya menaruh tanaman anggrek. Di halaman depan rumah pun wanita itu menata anggrek dengan sangat baik.

"Ck ck ck, masih pagi lho ini. Kalian kok bisa akur gitu satu sama lain?" celetukan seseorang membuat Maya menghentikkan aktivitasnya sejenak.

"Masa iya, wanita itu bukan selingkuhannya Mas Gerry? Saya nggak bodoh ya!" ejek Lina dengan nada merendahkan.

Maya menatap tak suka pada wanita itu.

"Apa kamu lihat-lihat? Galak amat mukanya, kok bisa Mas Gerry mau nikahin perempuan galak kayak kamu." celetuk Lina, yang tak bukan ialah tetangga rumahnya.

Maya berdecak sebal. Mood wanita itu seketika anjlok. Janda satu di depannya ini memang benar-benar menyebalkan. Wanita itu selalu merecoki Maya dalam hal apa pun.

"Halo Mbak, kenalin saya Bia. Mbak yang tinggal depan sana ya?" sapa Bia seraya mengulurkan salah satu lengannya.

Lina aka janda muda itu, melirik Bia tidak tertarik.

"Huh ya, saya Lina." ujarnya seraya menerima uluran tangan Bia dengan malas.

"Wait, aku dengar kamu mantan istri nya pejabat yang kemarin terciduk korupsi besar-besaran itu 'kan? Oh bahkan, dia punya gundik ya?!" todong Lina sembari menatap penampilan Bia dari ujung rambut hingga kaki.

Maya dapat merasakan atmosfer yang berbeda. Padahal hari masih pagi, tapi dengan kurang ajarnya janda satu itu membuat suasana mendadak sumpek!

"Mau apa sih lo? Udah sana, masih pagi nggak usah bikin suasana sumpek!" usir Maya sembari mengibaskan tangannya menyuruh Lina pergi.

Lina memutar bola mata jengah.

"Iya itu memang saya, kenapa ya Mbak? Ada masalah?" tantang Bia yang merasa tersinggung dengan todongan Lina.

Lina tersenyum remeh. "Pantas saja dia bermain wanita, kamu saja tidak punya malu numpang di rumah orang. Dengan perut buncit pula!" ejek Lina penuh sinis.

Maya geram. Padahal bukan dia yang dituding seperti itu. Akan tetapi, wanita berbadan dua itu tidak suka ketika Lina mencemooh Bia dengan hal yang tidak-tidak.

Hanya Maya yang boleh seperti itu pada Bia.

"Ck, sana pergi! Dasar janda ular!" pekik Maya sembari menyemprotkan air pada tubuh Lina.

Sontak Lina berangsut pergi dari halaman rumah Maya dengan perasaan dongkol.

"Aish, pagi-pagi udah dibuat dongkol sama itu orang!" dengus Maya sembari menghentikan aktivitasnya.

Maya sudah tidak mood.

Bia mengulum senyumnya dalam diam. Menurut Bia, Maya adalah orang yang baik. Walau pun wanita itu sering ketus dan menatapnya sinis, Maya tidak akan membiarkan dirinya ditatap rendah oleh para tetangga di sekitar komplek ini.

•••

Maya menatap Bia yang tengah asik berkutat dengan peralatan dapur miliknya. Maya baru mengetahui jika Bia sangat ahli dalam membuat berbagai varian cake.

"Kenapa lo nggak buka usaha aja?" tanya Maya ditengah kegiatannya yang sedang menyemil cheese cake buatan Bia.

Bia menoleh sekilas, "Hm, usaha ya?" gumamnya.

"Ide bagus!" lanjutnya kemudian.

"Ah, tapi aku nggak punya modal untuk membuat usaha. Modal dari mana?" Bia tertawa sumbang.

Maya hanya diam tak menyahut apa pun. Wanita itu menatap punggung kecil Bia dengan tatapan aneh. Maya sangat prihatin dengan kondisi teman Gerry itu.

Sejak beberapa hari yang lalu, Bia bercerita kepada Maya. Bia bercerita dari mulai awal ia bertemu suaminya hingga kejadian yang membuat hidupnya seperti sekarang.

Maya sangat tidak ahli dalam menenangkan orang lain atau menghibur seseorang. Maya hanya mampu menepuk bahu kecil Bia mengisyaratkan agar wanita berbadan dua itu tetap kuat menjalani hidup dan menerima takdir hidupnya.

Maya rasa, tidak ada salahnya berteman dengan Bia. Wanita itu super hiperaktif dan banyak bicara jika sedang bersama Maya. Bahkan, kandungan mereka pun tidak terpaut jauh. Hanya beda dua bulan saja. Tentu kandungan Bia lebih tua dari Maya.

"Oh ya, semalam kamu dan Gerry nggak tidur kah?" tanya Bia disela aktivitasnya dalam membuat cake varian baru.

Maya tersentak dari lamunannya saat mendengar pertanyaan itu.

"Kenapa tanya begitu?" Maya balik bertanya.

Bia menatap ke arah Maya. Wanita itu tersenyum masam diiringi kerlingan mata jahil. "Ck, kalian terlalu berisik. Aku nggak bisa tidur gara-gara dengar suara desahan kalian berdua!" serunya tanpa pikir panjang.

Kedua pipi Maya bersemu. Ah, sial! Ternyata gara-gara itu.

"Ekhem, u-udah jadi belum cake nya? Lama amat! Gue mau cobain varian baru!" sentak Maya mengalihkan pembicaraan.

Bia tersenyum geli melihat Maya yang tengah salah tingkah. Gerry benar-benar beruntung mendapatkan istri sebaik dan secantik Maya.

🐅Jangan lupa vote dan komen🐅

Part ini khusus untuk Maya dan Bia yaa!

Married with Playboy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang