Maya bersedekap dada seraya melihat wanita di depannya dengan tatapan tak dapat diartikan. Bagaimana bisa seorang wanita asing dengan perut buncitnya tiba-tiba datang ke rumahnya di tengah malam dalam keadaan hujan deras pada kemarin malam?
Gerry yang melihat tatapan intimidasi dari istrinya pun hanya dapat menggaruk pipinya yang sudah dipastikan seratus persen tidak gatal.
"Ekhem, jadi? Ada apa kamu datang ke rumahku?" tanya Gerry mencoba mencairkan suasana tegang yang tengah tercipta di ruang tamu rumahnya.
Setelah drama kemarin malam, mau tidak mau Maya membiarkan wanita itu untuk bermalam di rumahnya. Maya masih punya hati untuk tidak mengusirnya di tengah malam hujan yang deras dengan keadaan perut buncit seperti itu.
Maya memutar bola matanya jengah. Sudah dipastikan wanita tidak tahu diri yang datang ke rumahnya ini salah satu mantan suaminya. Maya yakin, seratus persen.
Wanita yang tidak Maya ketahui namanya itu masih asik menghabiskan camilan khusus Ibu hamil milik Maya yang memang tersedia di dalam toples meja tersebut.
"Bia," panggil Gerry menyebutkan nama wanita itu.
"Hm," sahut wanita itu pelan.
"Ck, jadi lo siapa? Kenapa malam-malam datang ke rumah ini?" Maya sudah tidak tahan, Maya geram dengan wanita bernama Bia itu.
"Galak amat sih," cetus Bia seraya menyimpan kembali toples camilan ke atas meja.
"Oke oke, aku akan bilang. Sebelumnya kenalkan, namaku Bia. Aku datang kesini karena.." ujar Bia menggantung kalimat yang hendak diucapkannya.
Maya menatap tajam Bia, seolah tanda bahwa ia tidak suka karena kalimat yang belum diselesaikan wanita itu.
"Aku akan ikut tinggal disini." lanjutnya dengan nada santai.
Maya melotot. "Are you kidding me?! Tinggal disini? Atas dasar apa lo mau tinggal disini?" cerocos Maya.
Jelas Maya marah. Wanita bernama Bia itu sangat tidak tahu diri menurutnya. Seharusnya dia bersyukur karena semalam Maya tidak mengusirnya di tengah hujan deras.
Tapi, apa yang Maya dapat? Dengan tidak tahu malunya, wanita bernama Bia itu ingin ikut tinggal di rumahnya?
"Maksud kamu gimana Bia?" Gerry bertanya dengan wajah serius. Pria itu masih belum memahami situasi saat ini.
Bia menghembuskan napasnya kesal.
"Kamu pernah bilang 'kan? Kamu akan membantu aku disaat aku kesusahan dan tidak memiliki satu pun tempat untuk pulang?" ujar Bia pada Gerry.
"Sekarang aku ada di posisi itu. Bisa kamu lihat? Aku sedang mengandung, dan saat ini aku tidak tahu harus pulang kemana." lanjutnya seraya menyandarkan punggungnya pada sofa rumah ini.
Maya berdecak kesal.
"Ya itu masalah lo, kenapa harus suami gue yang tanggung?" Maya kesal, sangat kesal.
"Ger, kamu nggak akan setega itu 'kan setelah melihat kondisiku saat ini?" Bia tidak mengindahkan ucapan Maya. Wanita itu menatap Gerry dengan wajah memelas.
Gerry mengusap wajahnya kasar. Pria itu menarik pelan lengan Maya dan membawa istrinya menjauh dari ruang tamu.
"Ck apasih kok malah tarik-tarik tanganku!" ketus Maya sembari mencoba melepaskan tangannya dari tangan Gerry.
"May, dengarkan aku." ujar Gerry sembari memegang kedua bahu istrinya.
Maya membuang wajahnya, enggan menatap Gerry sedikit pun. Wanita itu masih terkejut dengan keadaan saat ini.
"Anak yang dikandung dia.. Bukan anak kamu 'kan Ger?" tanya Maya dengan nada terbata.
Gerry menegang dengan wajah terkejut.
"Mana mungkin! Aku nggak akan seliar itu." sahut Gerry berapi-api.
Maya masih enggan menatap wajah Gerry. Gerry menghela napas pelan. Memang ini bagian tersulit untuknya.
"May tolong dengarkan aku, aku akan menjelaskan semuanya tanpa satupun yang terlewat." janji Gerry dengan nada sungguh-sungguh.
Perlahan tapi pasti, Maya menatap wajah Gerry. Terlihat jelas sorot mata suaminya yang menampilkan raut bersungguh-sungguh.
Gerry pun menjelaskan sosok wanita bernama Bia dengan panjang lebar. Pria itu bahkan tidak melebihkan dan mengurangi dalam ia bercerita kepada istrinya.
Maya hanya mampu menghela napasnya. Maya turut prihatin kepada sosok wanita bernama Bia itu. Dari informasi yang Maya dengar barusan, Gerry bercerita jika Bia adalah salah satu temannya semasa Gerry sekolah menengah atas dulu.
Keduanya tidak menjalin kasih. Karena Bia yang enggan berpacaran dengan Gerry yang kala itu masih menjadi sosok playboy di jaman sekolahnya.
Bia dan Gerry berteman cukup lama hingga singkat cerita mereka akhirnya lost contact karena kesibukan masing-masing.
Yang Gerry ketahui tentang Bia ialah, jika wanita itu sudah bersuami. Namun Gerry tidak mengetahui siapa suami temannya itu, karena dulu berhalangan hadir saat Bia melaksanakan pernikahannya.
Gerry mendapat kabar jika suami Bia melakukan korupsi dan bermain wanita. Tak hanya itu, Gerry dapat menebak jika Bia seringkali mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya. Terlihat dari beberapa lebam di lengan dan wajah Bia.
"Jadi, dia bukan salah satu mantan kamu 'kan Ger?" tanya Maya memastikan.
Gerry terkekeh kecil. "Bukan sayang," balas Gerry lembut.
Maya sedikit lega.
Setidaknya, wanita yang hendak tinggal sementara waktu di rumahnya bukan salah satu mantan suaminya. Jujur saja, Maya sama sekali tidak ingin berurusan dengan masa lalu Gerry. Wanita itu tahu betapa brengseknya Gerry di masa lalu.
"Oke, aku kasih izin dia tinggal disini untuk sementara waktu." putus Maya membuat Gerry menghela napas lega.
"Dengan syarat," tegas Maya.
Gerry meneguk ludahnya kemudian menanyakan syarat apa yang hendak Maya katakan.
"Pertama, dia harus tahu diri jika ingin tinggal sementara waktu di rumah ini. Kedua, jangan membuat aku kesal dan marah. Ketiga, jangan sampai dia membuat kekacauan di rumah ini, sekecil apa pun itu!" Maya berucap dengan tegas.
Gerry hanya mengangguk patuh dan mencoba mengingat-ingat syarat yang Maya sampaikan barusan.
🐅Jangan lupa vote dan komen🐅
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Playboy (End)
General FictionKehidupan Maya terasa jungkir balik setelah perempuan itu terikat perjodohan konyol yang diusulkan oleh Oma-nya. Terlebih yang menjadi calon suaminya ialah Gerry si laki-laki playboy cap badak yang tak lain merupakan teman semasa SMA-nya dulu. Kira...